Senin, 25 Agustus 2025

Partai Golkar dan Dinamikanya

Agung Laksono Nilai Ucapan Yasril Tak Setuju Bahlil Jadi Ketua Umum Golkar adalah Pandangan Pribadi

Soal tudingan Bahlil bukanlah kader Golkar tulen, Agung mengatakan bahwa pada masa kepemimpinan Aburizal Bakrie, Bahlil merupakan kader Golkar.

Penulis: Reza Deni
Tribunnews.com/Vincentius Jyestha
Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, HR Agung Laksono. Agung Laksono menyatakan pernyataan Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Yasril Ananta Baharuddin yang tidak setuju jika Menteri Investasi/ Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjadi Ketua Umum Partai Golkar merupakan pernyataan pribadi. 

Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Pakar Partai Golongan Karya (Golkar) Yasril Ananta Baharuddin menyebut Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia merupakan bagian dari tokoh intervensi penguasa terhadap dinamika Golkar.

“Kalau dari situ ya tentu saja (bentuk intervensi kekuasaan),” kata Yasril saat berbincang dengan Tribunnews.com, Kamis (15/8/2024).

Dia menjelaskan hal ini dapat merusak tatanan sistem partai politik di Indonesia.

Sehingga Yasril tidak setuju, apabila Bahlil menjadi Ketua Umum (Ketum) Golkar.

Menurutnya, banyak yang lebih layak menjadi Ketum Golkar.

Baca juga: Bahlil Minta Publik Tunggu Munas soal Isu Dirinya Jadi Calon Tunggal Ketum Golkar

Yasril menyebut dua nama yakni Bambang Soesatyo (Bamsoet) dan Agus Gumiwang Kartasasmita.

“Kalau saya pribadi tidak setuju (Bahlil jadi Ketum Golkar). Masih banyak calon calon lain di dalam yang bagus seperti pak Agus Gumiwang, pak Bambang Soesatyo," ucap Yasril.

Selain itu, Yasril menyebut politikus muda Golkar Dave Laksono.

Dia menilai, Dave sosok muda yang dapat memimpin Partai Golkar dengan baik.

Bahkan ia mengatakan beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus.

Serta mempunyai semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat.

“Ada beberapa yang lain lagi yang bagus-bagus, yang masih punya semangat idealisme dan nasionalisme yang kuat yang tujuannya untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kepentingan sesaat seperti banyak sekarang hanya mencari kekuasaan lalu mencari duit, selesai,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan sistem seperti ini dapat merusak sistem dan mekanisme ketatanegaraan maupun organisasi pada politik.

Di sisi lain, Yasril mempertanyakan rekam jejak Bahlil di Golkar.

Menurutnya untuk menjadi Ketum, kepemimpinan seorang calon harus diuji.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan