Ibadah Haji 2025
5 Calon Jemaah Haji Penuh Inspirasi: Tukang Sampah dari Semarang hingga Buruh Tani dari Deli Serdang
Meski berlatar belakang dari golongan masyarakat menengah ke bawah, sejumlah sosok inspiratif dari berbagai daerah menjadi jemaah calon haji tahun ini
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Menunaikan ibadah haji menjadi impian bagi setiap Muslim.
Namun, tidak semua orang dapat meraih kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci.
Meski berlatar belakang dari golongan masyarakat menengah ke bawah, sejumlah sosok inspiratif dari berbagai daerah di Indonesia menjadi jemaah calon haji 2025.
Dari buruh tani yang menyisihkan penghasilan harian, tukang sampah yang menabung bertahun-tahun, hingga tukang pijit yang tak pernah lelah mengejar mimpinya.
Lima sosok calon jemaah haji berikut ini membuktikan bahwa jalan menuju Mekkah bukan hanya milik mereka yang berlimpah materi, namun juga milik mereka yang teguh hati dan tak gentar berjuang.
Berikut lima potret inspiratif para calon jemaah haji 2025 dari Indonesia.
1. Tukang Sampah dari Semarang

Legiman (66), seorang pengambil sampah dari Glagahombo Ngampin, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menjadi calon jemaah haji 2025.
Dilansir Tribun Jateng, setelah 39 tahun menyisihkan uang Rp 1.000 setiap harinya, impian Legiman menunaikan ibadah haji bersama sang istri, Baniyah (66), akan menjadi kenyataan.
Setiap pagi pukul 06.30 WIB, Legiman setia menarik gerobaknya dengan sepeda motor, menjangkau sekitar 50 rumah untuk mengumpulkan sampah.
Baca juga: Cuaca Madinah Capai 35 Derajat, Ini 6 Tips Bertahan di Tengah Panas bagi Jemaah Haji Indonesia 2025
Hampir setengah abad profesi itu digeluti Legiman.
Ya, sejak 1976 Legiman menjadi pengambil sampah di lingkungannya.
"Saat jadi pengambil sampah itu penghasilan tidak menentu. Karena kan tergantung rumah itu kita yang ambil sampahnya tidak," ungkap Legiman dalam Bahasa Jawa, Jumat (25/4/2025).
Awalnya, uang seribu rupiah yang disisihkannya setiap hari itu diperuntukkan bagi kebutuhan sehari-hari.
Pada tahun 2012, tabungannya di bank telah mencapai angka Rp 55 juta.
Momen tak terduga datang ketika seorang pegawai bank bertanya tentang tujuan tabungannya.
"Saat itu ditanya pegawai bank tersebut, menabung ini apa mau buat naik haji. Kalau mau naik haji, syarat-syarat pendaftaran akan dibantu," kenang Legiman.
Meski awalnya tak pernah terlintas di benaknya untuk menggunakan tabungan itu demi ibadah haji, tawaran tersebut membuka hatinya.
Ia kemudian berdiskusi dengan ketiga anaknya, yang memberikan dukungan penuh agar kedua orang tua mereka dapat mewujudkan rukun Islam kelima tersebut.
"Mereka bilang, yang penting mendaftar dulu dan bisa lunas. Untuk sangu (saku) dipikir belakangan," jelasnya.
Setelah mantap mendaftar dan melengkapi berbagai persyaratan, Legiman dan Baniyah semakin giat menabung.
Tak hanya mengandalkan seribu rupiah harian, mereka juga menyisihkan hasil dari menjual barang-barang rosokan yang ditemukannya saat bekerja.
"Saya menabung setelah menyelesaikan kewajiban sebagai kepala keluarga. Wajibe wong lanang kui nyukupi butuhe omah (kewajiban laki-laki itu mencukupi kebutuhan di rumah). Setelah memberi uang belanja, ya sisanya saya sisihkan," papar Legiman.
Kabar baik akhirnya tiba. Sempat terdaftar sebagai calon jemaah haji cadangan, Legiman dan istrinya menerima pemberitahuan.
Keduanya rupanya akan berangkat ke Tanah Suci tahun ini, tergabung dalam Kloter 93.
Serangkaian persiapan pun telah mereka lalui, mulai dari pemeriksaan kesehatan, pembekalan, hingga manasik haji.
Dengan penuh haru dan syukur, Legiman memanjatkan doa.
"Saya mohon doanya agar semua dilancarkan, saya juga mendoakan agar semua saudara saya umat Muslim bisa berangkat haji," pungkasnya.
2. Penjual Sayur dari Parepare

Dari Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), Lili (65), pedagang sayur di Pasar Lakessi juga menjadi jemaah calon haji tahun ini.
Dilansir Tribun-Timur, Lili akhirnya bisa menunaikan ibadah haji setelah menunggu selama 14 tahun.
Lili mengungkapkan dirinya sudah niat berangkat haji pada 2011.
Namun di lain sisi, dirinya juga harus membantu menghidupi empat anak dan cucunya.
Lili melunasi pembayaran haji tanpa bantuan keluarganya.
Dia berjuang menyisihkan hasil dagangannya menjual sayur selama 14 tahun sebesar Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu setiap harinya.
"Tinggal sama anak cucu, suami sudah lama pergi. Naik haji hasil menabung 14 tahun dari jual sayur. Biasa Rp 20 ribu sehari, tapi kalau banyak laku Rp 50 ribu," katanya, Kamis (1/5/2025).
Tak hanya usaha, doa setelah salat Subuh selalu dipanjatkan Lili dari 2011 agar dipermudah untuk menunaikan niatnya.
"Begini-mi umur, nak. Tidak ada lagi dipikir selain mau haji. Pendengaranku sudah kurang, tenagaku sudah begini (lemah), anakku sudah menikah semua. Jadi tinggal itu," ucapnya.
"Subuh, marillau doakka' (berdoa) pa-lancar nia' ku Puang (pelancar niatku Tuhan). Baru pergi pasar menjual," ujarnya.
Lili akan berangkat ke Tanah Suci bersama 125 calon jamaah haji asal Kota Parepare, yang masuk dalam kloter 21 Embarkasi Makassar pada 16 Mei 2025 mendatang.
3. Tukang Sate dari Jember

Erfan (54), pria yang sehari-hari berjualan sate di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, Jember akan berangkat haji tahun ini.
Ia akan menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Mamik Purwati (50).
Pasangan ini dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci pada pekan kedua Mei 2025.
Mereka tergabung dalam kloter 50 dan akan berangkat melalui embarkasi Surabaya.
Dilansir Tribun Jatim, Erfan masih melanjutkan aktivitas berdagang sate di Jalan Trunojoyo, Jember.
Ia memanfaatkan waktu yang tersisa untuk menambah biaya sebelum terbang ke Timur Tengah.
"Bangga rasanya karena belum pernah sebelumnya. Dan ini keinginan lama, jadi dapat panggilan (haji) sangat kaget," ujar Erfan.
Ia menyebut, mimpi tersebut tak tercapai dalam waktu singkat. Ia mulai menyisihkan uang dari hasil berjualan sejak 1998.
"Dan baru bisa mendaftar haji pada 2012, jadi perjuangannya memang cukup panjang," kata Erfan.
Erfan menjelaskan bahwa setiap hari ia menyisihkan sekitar Rp 30 ribu dari hasil jualan satenya. Mengingat penghasilannya tidak besar, ia harus mengatur keuangan sebaik mungkin.
"Jadi kami hitung pendapatan tiap hari berapa, untuk kebutuhan keluarga berapa. Sisanya masuk tabungan. Karena kami kan tidak punya uang pensiunan," tuturnya.
Setelah hampir tiga dekade menabung dari hasil berdagang sate, impiannya pun tercapai. Surat panggilan haji dari Kementerian Agama akhirnya datang.
"Jadi sedikit demi sedikit menabung, satunya buat keluarga satunya untuk tabungan haji, yang penting punya niat," ucap Erfan.
4. Tukang Pijit dari Gresik

Sementara itu dari Gresik, Jawa Timur, nenek berusia 91 tahun bernama Supinah juga akan mewujudkan mimpinya menunaikan ibadah haji.
Nenek yang berasal dari Desa Wates Tanjung, Kecamatan Wringinanom, menjadi calon jemaah haji tertua asal Gresik yang berangkat tahun ini melalui program prioritas lansia Kementerian Agama.
Diberitakan Tribun Jatim, untuk bisa berangkat haji, Mbah Sup harus bekerja keras sebagai tukang pijat anak-anak dan perempuan di desanya.
Dengan tarif jasa pijat sebesar Rp 30 ribu sekali layanan, ia menyisihkan sebagian hasil jerih payahnya setiap hari.
Tak tanggung-tanggung, ia menabung selama lebih dari 20 tahun demi bisa mendaftarkan diri ke biro perjalanan haji.
Keseharian Mbah Sup, panggilannya, tampak sabar dan telaten memijat seorang anak di atas ranjang kayu sederhana di dalam rumahnya.
Dengan penuh kasih, ia melayani pasien kecilnya, demi mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mewujudkan impian berhaji.
Semula, keberangkatan Mbah Sup dijadwalkan pada tahun 2030.
Namun berkat program prioritas lansia, ia bisa berangkat lebih cepat pada tahun 2025 ini.
"Nggeh, seneng, mpon sepuh dipanggil kalihan Gusti Allah, saget diteraken anak. Nate ditawari anak kulo umroh tapi mboten purun. Mugi-mugi budal sae mantok sae. Nabung arto saking Gusti Allah."
"(Iya, senang, sudah tua dipanggil oleh Allah SWT, bisa diantar anak. Pernah ditawari anak saya umrah tapi tidak mau. Semoga berangkat dalam keadaan baik, pulang dalam keadaan baik. Menabung uang dari Allah," ungkap Mbah Sup dengan wajah sumringah, Senin (28/4/2025).
5. Buruh Tani dari Deli Serdang

Dari Deli Serdang, Sumatra Utara, sosok Ngatirah (60) menjadi perhatian.
Perempuan asal Payabakung Blok 3 Hilir ini merupakan buruh tani yang berjuang puluhan tahun menyisihkan upah hariannya demi satu tujuan, menjejakkan kaki di Tanah Suci.
Diberitakan Tribun Medan, sejak remaja, Ngatirah sudah bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan tak menentu.
Upahnya hanya Rp70.000–Rp100.000 per hari.
Namun, dari situ ia menyisihkan sedikit demi sedikit, kadang hanya Rp50.000, untuk dimasukkan ke dalam celengan kayu tua miliknya.
"Tidak pernah terpikir berapa lama harus menabung. Saya hanya yakin, suatu hari nanti pasti terkumpul," ujarnya dengan suara lirih namun penuh keyakinan.
Lalu pada tahun 2013, setelah 44 tahun menabung, celengannya akhirnya dibuka.
Isinya Rp14 juta, cukup untuk mendaftar haji. Tapi perjuangannya belum selesai. Biaya haji terus naik, memaksanya kembali menabung selama bertahun-tahun.
Yang membuat kisahnya lebih mengharukan, Ngatirah tidak bisa membaca.
Ia tak pernah mengenyam pendidikan formal.
Namun, ketidaktahuannya akan huruf dan angka tak menyurutkan niatnya.
Ia mengandalkan informasi dari tetangga dan keluarganya untuk urusan pendaftaran haji.
"Saya percaya pada Allah. Jika Dia berkehendak, jalan akan dibukakan," katanya, tersenyum.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Kisah Ngatirah, Buruh Tani asal Deli Serdang yang Wujudkan Mimpi Berangkat Haji, 44 Tahun Nabung.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto) (TribunJateng/Reza Gustav Pradana) (TribunTimur.com/Rachmat Ariadi) (TribunJatim.com/Willy Abraham) (Tribun-Medan.com/Husna Fadilla Tarigan)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.