Sabtu, 13 September 2025
Tujuan Terkait

Mata Lokal Fest 2025

Menteri Kebudayaan Fadli Zon Paparkan Budaya Bisa Jadi Fondasi Pembangunan Berkelanjutan

Fadli Zon menjelaskan bahwa budaya Indonesia merupakan harta karun nasional yang bisa menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan.

Penulis: Reza Deni
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Jeprima
FADLI ZON - Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon memberikan kata sambutan pada acara Mata Lokal Fest 2025 di Hotel Shangrila, Jakarta Selatan, Kamis (8/5/2025). Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kebudayaan Fadli Zon menjelaskan bahwa budaya Indonesia merupakan harta karun nasional yang bisa menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan.

Dalam forum bertema "Mobilizing Culture for a Sustainable Indonesia", Fadli menyebut budaya sebagai kekayaan yang tak akan habis, tak seperti sumber daya alam yang bisa menipis.

"Ketika minyak, gas alam, dan batubara habis, budaya tetap hidup jika kita rawat, lindungi, dan manfaatkan,” kata Fadli saat berbicara dalam Summit VI Mata Lokal Fest (MLF) 2025 di Shangrila Hotel, Jakarta Kamis (8/5/2025).

Kendati demikian, Fadli menyesalkan hingga sekarang kekayaan budaya Nusantara masih sekadar jadi etalase, belum diolah sebagai aset strategis bangsa.

Indonesia tercatat memiliki 1.340 etnis, 718 bahasa, 2.213 warisan budaya takbenda, dan 228 cagar budaya nasional.

Dari jumlah itu 16 budaya Indonesia telah diakui UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage.

"Ini kekuatan lunak kita. Sama seperti Korea dengan Korean Wave, atau India dengan Bollywood,” katanya.

Fadli juga menjelaskan penemuan situs manusia purba Homo Erectus dan lukisan purba berusia 51 ribu tahun sebagai bukti panjangnya sejarah budaya Indonesia.

Baca juga: Pemerintah Libatkan 100 Sejarawan untuk Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Ada Pesan Khusus Prabowo?

“Budaya kita adalah yang tertua dan terkaya, dari Aceh hingga Papua, dari Miangas hingga Rote,” ujar Fadli.

Menurutnya, budaya bukan sekadar warisan, tetapi kunci inovasi, kekuatan pariwisata, dan penggerak ekonomi kreatif.

"Dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan, saya ingin pemajuan budaya lebih berdampak nyata. Kita harus bangga dengan budaya sendiri, bukan malah meniru budaya asing,” ujarnya.

Tulis Ulang Sejarah

Rencananya Fadli Zon akan melibatkan 100 sejarawan atau ahli sejarah untuk merumuskan penulisan ulang sejarah Indonesia.

Adapun dalam penulisan ulang sejarah Indonesia tersebut, istilah 350 tahun dijajah bakal dicoba dihilangkan.

Fadli menyebut bahwa sejarawan yang menggarap ini masih bekerja merumuskan sejarah RI ini.

"Ya, mereka (sejarawan) sedang bekerja. Saya juga belum tahu," kata Fadli usai menghadiri acara Mata Lokal Fest 2025 yang diadakan Tribun Network, di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Meski tidak menyebutkan satu sejarawan, Fadli mengatakan bahwa 100 ahli sejarah berasal dari berbagai universitas.

"Banyak, dari kampus-kampus negeri, kampus swasta. Dari seluruh, puluhan kampus sekiranya," kata dia

Saat ditanya apakah ada pesan khusus dari Presiden Prabowo Subianto terkait proyek ini, Fadli membantahnya.

Pemerintah, dikatakan Fadli, menyerahkan semuanya kepada sejarawan.

"Untuk menilai, untuk melihat, untuk menulis. Tapi kan kita tidak berangkat dari nol, kita berangkat dari yang sudah ada. Dari sejarah nasional Indonesia yang dulu pernah dibuat tahun 1984, Indonesia dalam arus sejarah di tahun 2012. Itu jadi bahan kita tentu," kata dia.

Jika nanti penulisan ulang ini diresmikan, Fadli akan berkoordinasi dengan sektor pendidikan agar ini dijadikan bahan ajar.

"iya ini adalah sejarah resmi kita. Formal history kita," ujarnya.

Fadli Zon juga sempat menjelaskan soal penulisan ulang sejarah Indonesia yang akan diungkap pada Agustus 2025 atau tepat pada HUT ke-80 RI.

Menurutnya, angka 80 tepat untuk dijadikan titimangsa karena merupakan angka yang bagus.

"Kita harus syukuri 80 tahun ini kan 8 dasawarsa," kata Fadli.

Sejak dulu Fadli ingat bagaimana Indonesia selalu dirayakan saat memasuki dasawarsa.

Fadli ingin tradisi itu berulang dengan adanya momentum penulisan ulang sejarah Indonesia.

"Kalau kita lihat dari dulu juga selalu ada, buku 10 tahun Indonesia Merdeka, 20 tahun Indonesia Merdeka, 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun dan belakangan ini agak terhenti," ujarnya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan