Profil dan Sosok
Profil Mgr Bernardus Bofitwos Baru, Orang Asli Papua yang Ditahbiskan Jadi Uskup Timika
Profil Mgr Bernardus Bofitwos Baru, Orang Asli Papua (OAP) yang baru ditahbiskan jadi Uskup Timika oleh Duta Besar Vatikan Mgr. Piero Pioppo.
Pastor Bernardus Bofitwos Baru pernah menjadi Anggota Dewan Konsultatif Keuskupan Manokwari -Sorong tahun 2006-2012; dan pembina kaum muda dan mahasiswa Katolik asal Maybrat di Yogyakarta dari tahun 2006 hingga sekarang.
Selain pernah menjabat sebagai Prior Regionalis Ordo Santo Augustinus (OSA) wilayah Papua-Indonesia (2006-2014) dan pimpinan para calon pastor OSA (Magister novis; 2005-2007), ia juga pernah mengajar para calon pastor OSA di Postulat dan Novisiat OSA di Sorong (2005-2016) dan Sekolah Tinggi Pastoral Kateketik (STPK) Santo Benediktus Sorong (2007-2012).
Uskup terpilih ini, juga pernah menjabat sebagai Direktur Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Ordo Santo Agustinus, Vikariat Papua, Indonesia, dan staf pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) “Fajar Timur”, Abepura-Jayapura.
Terakhir ia menjabat sebagai Ketua STFT Fajar Timur sejak tanggal 25 Januari 2023.
Pesan Mgr.Bernardus Bofitwos Baru
Mgr.Bernardus Bofitwos Baru, OSA resmi ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Timika pada, Rabu (14/5/2025).
Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA pada kesempatan itu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang hadir dalam acara pentahbisan.
Ia mengatakan, pada awal pengumuman dirinya sebagai Uskup Timika ada tiga hal disampaikan dalam pelayanan pastoral.
Sikap mendengarkan satu sama lain, terbuka dialog komunikasi, hati yang rela bekerja sama membangun Keuskupan Timika.
"Semoga apa yang dirintis oleh uskup pertama Timika melanjutkan impian Mgr. John Philip Gaiyabi Saklil," kata Uskup Timika.
Uskup Timika mengatakan, tungku api di mana, adat, gereja, pemerintah membawa damai dan suka cita.
"Relasi kita bukanlah relasi antar barang tetapi relasi harus berdasarkan cinta demi nilai kemanusiaan, nilai persahabatan, persaudaraan di dalam diri kita masing-masing. Menjadi pintu bagi yang lain," katanya.

Lanjutnya, semoga dengan perayaan ini memberikan persatuan guna mewujudkan misi gereja bersama yaitu damai suka cita keadilan dan keutuhan.
"Janganlah tenggelam, eforia, pesta pora berlutut dan berdoa karena aku yang berdoa didalam sakramen Episkopal tidak menutut tahta kesucian tetapi merangkul salib."
"Aku bukanlah pemenang tetapi domba kurban yang dipilih memimpin Keuskupan Timika tanah Papua yang diselimuti konflik dan kematian," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.