Sabtu, 23 Agustus 2025

Program Membangun Perdamaian yang Didanai Uni Eropa Berakhir, Apa Hasilnya bagi Indonesia?

Program membangun perdamaian yang didanai oleh Uni Eropa menjangkau lebih dari 3.870 individu dan 23 organisasi pemuda dan jejaring

Editor: Erik S
Istimewa
Program membangun perdamaian yang didanai oleh Uni Eropa berakhir. Proyek Penguatan Kohesi Sosial (SSCP) ini resmi ditutup melalui rangkaian perhelatan yang berlangsung di Bandarlampung dan Lampung Selatan pada 23-24 Mei 2025. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program membangun perdamaian yang didanai oleh Uni Eropa berakhir.

Proyek Penguatan Kohesi Sosial (SSCP) iniresmi ditutup melalui rangkaian perhelatan yang berlangsung di Bandar Lampung dan Lampung Selatan pada 23-24 Mei 2025.

SCCP merupakan inisiatif kolaboratif untuk membangun perdamaian melalui penguatan komunitas muda.

Baca juga: 56.340 Prajurit TNI Jalankan Misi Perdamaian Dunia Sejak 1957 Hingga Kini, 1.045 di Antaranya Wanita

Selama 30 bulan pelaksanaannya (2023–2025), kegiatan menjangkau lebih dari 3.870 individu dan 23 organisasi pemuda dan jejaring, dimana berdampak kepada kurang lebih 350.000 individu.

Implementasi dipimpin oleh ChildFund International di Indonesia dan Yayasan Pembinaan Sosial Katholik menjadi mitra di Lampung.

“Kami senang menyaksikan kaum muda bergerak menjadi pelopor perdamaian di tengah kondisi sosial dan tantangannya. Kami berharap inisiatif ini dapat memberi pengaruh yang luas, tidak hanya di Lampung Selatan, dan menjadi model kolaborasi lintas aktor untuk konteks lain,” ungkap Minister Counsellor, Deputy Head of Mission European Union Delegation to Indonesia Stephane Mechati.

Ditambahkan Country Director ChildFund International di Indonesia Husnul Maad, program ini berfokus pada pendidikan perdamaian, penguatan narasi budaya oleh pemuda, serta dialog komunitas lintas generasi guna mendorong kesatuan sosial yang berkelanjutan.

Di Lampung Selatan, SSCP memperluas penerapan Modul Pendidikan Perdamaian dari 10 sekolah menjadi 166 sekolah dengan dukungan dan rekomendasi Dinas Pendidikan.

Antusiasme terhadap modul ini juga terlihat dari empat institusi pemerintah daerah lainnya yang telah menyatakan minat untuk mereplikasi guna memperkuat implementasi kebijakan pencegahan konflik.

Program pelatihan menjangkau 402 peserta, meningkatkan kapasitas pemuda, guru, dan pemerintah dalam resolusi konflik berbasis budaya. 

Sebanyak 440 pemimpin adat dan agama berkontribusi dalam strategi integrasi budaya, sementara 259 pejabat pemerintah terlibat dalam diskusi pencegahan kekerasan.

Baca juga: ChildFund International Ajak Jurnalis, Orang Tua & Pendidik Wujudkan Dunia Daring Ramah Anak

Enam CSO pemuda mengadaptasi pendekatan resolusi konflik tradisional dengan inklusivitas serta peran aktif perempuan dan pemuda dalam pembangunan desa.

Meski program telah berakhir, pembangunan perdamaian akan terus berlangsung.

“Kami akan terus bergerak. Beberapa inisiatif yang lahir akan terus berlanjut melalui dukungan komunitas dan kemitraan lokal. SSCP telah memberi panduan praktik baik dan rekomendasi kebijakan yang telah diserahkan kepada pemangku kebijakan di Provinsi Lampung,” ujar ungkap pimpinan Yayasan Pembinaan Sosial Katolik, mitra implementasi di Lampung, RD. Agustinus Sunarto Yoga Pamungkas. 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan