PDIP Peringatkan Penulisan Ulang Sejarah Tak Fasilitasi yang 'Menang', Ini Tanggapan Fadli Zon
APDI meperingatkan agar penulisan sejarah itu bukan berdasarkan cerita atau pengalaman pihak yang 'menang'.
Penulis:
Galuh Widya Wardani
Editor:
Febri Prasetyo
"Bahkan pemilu yang terakhir yang ditulis dalam sejarah kita itu pemilu tahun 97. Di pemilu 99 di era reformasi itu sama sekali tidak ada."
"Jadi justru kita harus menulis sejarah itu sebagai bagian bagi memori kolektif bangsa," ujar Fadli Zon.
Fadli Zon juga menegaskan pemerintah akan menjamin soal pelibatan partisipasi publik dalam penulisan sejarah ini.
Bahkan, kata dia, saat ini tercatat ada lebih dari 100 sejarawan yang dipastikan akan terlibat.
"Siapa yang menulis sejarah? Ya tentu adalah ahli-ahlinya, sejarawan yang menulis sejarah. Dan kita ada 113 sejarawan dari 34 perguruan tinggi yang mempunyai kompetensi di bidang sejarah dan keahlian masing-masing yang sudah teruji," kata Fadli Zon.
"Mereka adalah guru besar, doktor, Ph.D. yang memang membidangi sejarah."
"Jadi tidak perlu khawatir dan tentu kita akan melakukan uji publik nanti setelah ditulis," kata Fadli Zon.
Saat ini sebanyak 113 sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia dalam proyek penulisan ulang sejarah nasional.
Fadli Zon mengatakan, proyek ini bertujuan membangun kembali penulisan sejarah nasional yang selama ini dinilai masih banyak dipengaruhi perspektif kolonial.
Dengan melibatkan akademisi dari berbagai daerah, dia berharap sejarah dapat ditulis dengan pendekatan Indonesia sentris.
“Jadi kita ingin sejarah ini ditulis secara inklusif dengan Indonesia sentris. Jadi perspektif Indonesia, kalau perspektifnya Belanda tidak ada penjajahan, ya mereka melihatnya beda,” kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (26/5/2025).
(Tribunnews/Galuh Widya Wardani)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.