Selasa, 16 September 2025

Mengenal Rhacophorus boeadii, Spesies Baru Katak Pohon Endemik Sulawesi, Ciri Khasnya Bercak Putih

Mengenal spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus yang ditemukan di lokasi berbeda di Sulawesi,  di Gunung Katopasa dan Gunung Gandang Dewata.

https://brin.go.id/
KATAK - Foto katak terbang diunduh di situs BRIN pada Senin (16/6/2025), hewan tersebut ditemukan Tim Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di dua lokasi berbeda di Pulau Sulawesi. Mengenal Rhacophorus boeadii, spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus. 

TRIBUNNEWS.COM - Mengenal spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus yang ditemukan di dua lokasi berbeda di Pulau Sulawesi.

Tim Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menemukan spesies katak tersebut, di Gunung Katopasa dan Gunung Gandang Dewata.

Spesies ini memperkaya daftar fauna endemik Sulawesi khususnya amfibi.

Dikutip dari situs resmi BRIN, spesies baru tersebut, diberi nama Rhacophorus boeadii.

Hal itu, sebagai penghormatan kepada mendiang Drs. Boeadi, seorang naturalis dan ilmuwan dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB).

Ia telah berkontribusi terhadap dunia ilmu zoologi dan konservasi satwa herpetofauna di Indonesia.

Peneliti Herpetologi BRIN, Amir Hamidy, menjelaskan R. boeadii sp.nov. memiliki karakter morfologis yang membedakannya dari tiga spesies Rhacophorus Sulawesi lainnya, yakni R. edentulus, R. georgii, dan R. monticola.

“Katak ini berukuran sedang, dengan panjang tubuh jantan sekitar 40-45 mm dan betina 48-54 mm," kata Amir.

Ciri khas lainnya, yakni moncong jantan yang miring, kulit punggung kasar dengan bintik putih, serta pola bercak putih di sisi tubuh.

Menurut Amir, penemuan ini adalah hasil survei intensif yang dilakukan pada 2016-2019 di kawasan Gunung Katopasa (Sulawesi Tengah) dan Gunung Gandang Dewata (Sulawesi Barat).

Amir menambahkan, spesimen ini merupakan spesies yang belum pernah dideskripsikan sebelumnya. Hal tersebut, berdasarkan analisis morfologi, genetika, serta suara panggilan jantan yang mendukung penemuan itu.

Baca juga: Tenggiling Hewan Dilindungi, Bareskrim Polri: Pembeli Bisa Dipidana

“Kami sangat antusias dengan penemuan ini karena semakin membuka wawasan terhadap kekayaan biodiversitas Sulawesi yang unik."

"Namun, kami juga khawatir karena habitatnya yang terspesifikasi pada hutan dataran tinggi sangat rentan terhadap ancaman kerusakan habitat dan perubahan iklim,” ungkap Amir.

Sebagai bagian dari kawasan Wallacea, Pulau Sulawesi pun dikenal sebagai hotspot keanekaragaman hayati dengan tingkat endemisme tinggi, terutama kelompok amfibi.

Namun, tekanan terhadap habitat alami terus meningkat dan menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan spesies endemik.

Lantas, Kepala Pusat Riset Biosistematika Evolusi BRIN, Arif Nurkanto, menyampaikan wilayah Sulawesi memiliki sejarah geologi unik.

Pulau Sulawesi terbentuk dari pertemuan tiga lempeng besar, yakni Asia, Indo-Australia, dan Pasifik, yang menyebabkan tingginya tingkat endemisitas.

“Secara biogeografi, Sulawesi tidak pernah terhubung sepenuhnya dengan Australia atau Asia, sehingga menghasilkan spesies unik,” ungkapnya, dilansir Kompas.com.

Penemuan terbaru itu, menurut Arif, menunjukkan Sulawesi menempati posisi kedua dalam penemuan spesies baru di Indonesia, menandakan tingginya keanekaragaman hayati.

"Meskipun penelitian mengenai katak terbang Rhacophorus telah mengungkap beberapa spesies baru dan garis keturunan yang berbeda, masih banyak keanekaragaman amfibi lainnya yang belum teridentifikasi sepenuhnya,” terang Arif. 

Penelitian lebih lanjut pun diperlukan untuk memahami pola evolusi, adaptasi, serta interaksi ekologi amfibi di wilayah ini.

Arif menekankan, penemuan terbaru hanya menjadi awal dari eksplorasi panjang yang akan membuka lebih banyak wawasan tentang kehidupan herpetofauna di Sulawesi dan Indonesia secara keseluruhan.

Baca juga: Pegiat Kesejahteraan Hewan Usul Taman di Jakarta Jadi Ruang Ramah Kucing

Oreophryne Riyantoi, Katak Spesies Baru Endemik Sulawesi

Sebelumnya, Tim Peneliti BRIN juga menemukan katak spesies baru endemik Sulawesi

Katak tersebut, diberi nama Oreophryne riyantoi yang ditemukan di hutan pegunungan pada tahun 2023 lalu. 

Penemuan katak spesies baru tersebut, berada di Gunung Mekongga, Sulawesi Tenggara, pada ketinggian 2528 mdpl. 

Asal usul nama “riyantoi” pada katak berwarna cokelat ini didedikasikan untuk Awal Riyanto.

Awal Riyanto merupakan seorang peneliti senior yang aktif meneliti di Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN.

“Apresiasi tersebut diberikan sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang taksonomi dan konservasi herpetofauna di Sulawesi,” kata tim herpetologis dari Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, Auni Ade Putri.

Dijelaskan Auni, dasar penemuan Oreophryne riyantoi didukung oleh data morfologi dan analisis filogenetik gen 16S rRNA. 

Hasil identifikasi menyatakan:

- Memiliki moncong bulat pada tampilan punggung dan lateral.

- Membran timpani tidak jelas

- Jarak interorbital sempit.

- Tangan kecil

- Jari tangan dan kaki tidak berselaput

- Cakram terminal pada jari tangan dan kaki kecil

- Kakinya sangat pendek

- Permukaan dorsal kepala, badan, dan tungkai dengan tuberkel tidak teratur.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan