Minggu, 21 September 2025

KTT BRICS di Brasil

Perjalanan Panjang Meliput KTT BRICS di Negeri Samba, Nyaris Tak Bisa Terbang Karena Kesehatan

Perjalanan 42 jam menuju Rio de Janeiro, Brasil dalam rangka meliput KTT BRICS. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan hadir dalam acara tersebut.

|
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Igman Ibrahim
KTT BRICS - Wartawan Indonesia yang hendak meliput KTT BRICS di Rio de Janeiro Brasil pada 6-7 Juli 2025. 

TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO – Pukul lima pagi, suasana Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta belum terlalu ramai, Kamis (3/7/2025)

Masih sempat terasa dingin sisa embun pagi saat enam jurnalis berkumpul untuk perjalanan menghadiri dan meliput Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil.

Perjalanan ini dijadwalkan memakan waktu hampir dua hari, tepatnya 42 jam dengan dua kali transit.

Kami sempat briefing singkat lebih mirip pemanasan mental tentang apa saja yang akan dihadapi.

Pukul 09.00 WIB, pesawat Qatar Airways lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta atau Soetta. Tak banyak interaksi di antara kami semua memilih tidur.

Baca juga: Prabowo ke BRICS, Pemerintah Minta Publik Jaga Hubungan Indonesia-Brasil Usai Insiden di Rinjani

Sebagian karena memang sudah begadang semalam, sebagian karena tahu tenaga harus disimpan untuk dua hari ke depan.

Setelah menempuh 9 jam di udara, kami tiba di Bandara Internasional Hamad, Doha, sekitar pukul 15.00 waktu setempat. 

Bandara ini besar dan megah, tapi 9 jam transit bukan perkara gampang.

Baca juga: Takut Ditangkap ICC, Putin Pilih Tak Hadiri KTT BRICS di Brasil

Ada yang sibuk mengecas perangkat, ada yang sekadar melamun di sofa boarding area.

Saya memilih tidur dan sesekali jalan-jalan, sekadar mengusir jenuh.

Tapi insiden tak terduga muncul sebelum keberangkatan ke Brasil.

Saat boarding ke pesawat tujuan Guarulhos, Sao Paulo pukul 23.58, saya dicegat petugas imigrasi Qatar

Ia melihat wajah saya yang pucat dan tampak lemas. Saya sempat menggigil. Kurang makan, kurang tidur karena terlalu banyak tekanan fisik dan mental. 

Petugas khawatir saya tak kuat menempuh 15 jam penerbangan berikutnya dan justru akan merepotkan di tengah perjalanan.

Saya berusaha meyakinkan bahwa saya baik-baik saja. Tapi otoritas Qatar tak semudah itu diyakinkan. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan