Jumat, 5 September 2025

Diplomat Muda Tewas di Menteng

Kematian Diplomat Arya Daru, Pakar Kriminolog UI Dorong Penyelidik Lakukan Audit Digital Forensik

Haniva Hasna mendorong penyelidik untuk melakukan audit digital forensik secara menyeluruh dalam mengungkap kematian Arya Daru.

(Dok. Pribadi Arya Daru/Tribunnews.com Rizki Sandi Saputra)
KEMATIAN ARYA DARU - Foto Arya Daru Pangayunan semasa hidup (kiri). Haniva Hasna mendorong penyelidik untuk melakukan audit digital forensik secara menyeluruh dalam mengungkap kematian Arya Daru. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar Kriminologi Universitas Indonesia (UI) Haniva Hasna mendorong penyelidik untuk melakukan audit digital forensik secara menyeluruh dalam mengungkap kematian diplomat Kemlu Arya Daru Pangayunan.

Haniva selama ini sering diminta sebagai narasumber ahli dalam kasus-kasus kematian tidak wajar, kejahatan simbolik, dan kejahatan terencana

Menurutnya, pendekatan penyidikan kematian Arya Daru harus berbasis scientific crime investigation.

“Audit digital forensik sangat krusial, lacak pesan, panggilan terakhir, lokasi ponsel, dan semua aktivitas transaksi korban. Siapa yang terakhir menghubungi? Apakah ada orang yang sempat masuk kamar tanpa terdeteksi?” ujar Haniva saat dikonfirmasi, Jumat (18/7/2025).

Audit digital forensik adalah proses investigasi terhadap data digital untuk mengungkap bukti-bukti yang relevan dalam sebuah kejadian atau kasus hukum.

Tujuannya di antaranya adalah mengidentifikasi jejak digital dari aktivitas mencurigakan dan menganalisis perangkat digital seperti komputer, ponsel, server, dan jaringan.

Selain itu, dia menyarankan agar dilakukan rekonstruksi waktu kematian secara presisi.

Hal ini sangat penting agar bisa dicocokkan dengan keberadaan penghuni lain, saksi, dan data CCTV di sekitar lokasi.

“Jangan hanya mengandalkan keterangan penjaga kos. Wawancara juga harus dilakukan pada rekan kerja, keluarga, bahkan orang-orang yang sempat berkonflik dengan korban,” tegasnya.

Haniva juga menekankan pentingnya analisa psikologis korban, termasuk kehidupan personal, hubungan asmara, atau adanya tekanan mental yang mungkin dialami.

Tak kalah penting, penyelidik perlu mendalami pemeriksaan forensik lanjutan terhadap benda-benda di tempat kejadian perkara (TKP). 

Serat, lakban, jejak sepatu, hingga partikel mikro seperti debu atau rambut, bisa menjadi petunjuk penting.

“Semua itu harus dikaji secara scientific, bukan sekadar asumsi,” pungkas Haniva.

Penanganan Cermat

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memastikan tak ada kendala dalam penyelidikan kasus itu. 

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan