PSI Gelar Pemilu Raya
Profil 3 Kader PSI di Kabinet Merah Putih, Ada yang Rangkap Jabatan Jadi Komisaris
Presiden Prabowo Subianto kaget dengan banyaknya jumlah kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kabinet Merah Putih.
Penulis:
Muhamad Deni Setiawan
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Prabowo Subianto kaget dengan banyaknya jumlah kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Kabinet Merah Putih.
Rasa tertegun ini terjadi ketika Presiden Prabowo menyapa satu per satu menteri dan wakil menteri di Kabinet Merah Putih saat menghadiri penutupan Kongres PSI, Minggu (20/7/2025).
Awalnya, Prabowo menyebut nama Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono, Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni, hingga Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Isyana Bagoes Oka.
Akan tetapi, Ketua Umum Partai Gerindra itu heran karena ada beberapa menteri dan wakil menterinya adalah kader PSI, padahal partai berlambang gajah itu masih termasuk partai kecil.
“PSI ini gimana sih, masih partai kecil kok banyak yang ngisi kabinet,” ungkap Prabowo di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kecamatan Laweyan, Surakarta, Minggu.
Mendengar pernyataan dari Prabowo, peserta tertawa dan memberikan tepuk tangan.
Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep terlihat tersenyum mendengarkan ucapan Prabowo tersebut dan berterima kasih dengan gesture tangannya.
Lantas, siapa saja kader PSI yang berada di Kabinet Merah Putih? Berikut daftar dan profilnya.
1. Menteri Kehutanan: Raja Juli Antoni
Sebelum menjabat sebagai Menteri Kehutanan di Kabinet Merah Putih, Raja Juli sempat ditunjuk sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia di era Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
Raja Juli Antoni merupakan alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat.
Baca juga: Soal Logo Baru PSI: Prabowo Mengaku Sayang Gajah, Jokowi Sebut Lambang Pengetahuan-Kebijakan
Ia meraih gelar sarjana Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari IAIN Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) pada tahun 2001 dengan skripsi berjudul Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.
Selanjutnya Raja Juli melanjutkan pendidikan masternya di The Department of Peace Studies, Universitas Bradford, Inggris, setelah mendapatkan beasiswa Chevening Award pada tahun 2004, dan menyelesaikannya dengan tesis yang berjudul The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process.
Lalu dengan beasiswa dari Australian Development Scholarship (ADS) pada tahun 2010, Raja meneruskan studi doktoral di School of Political Science and International Studies pada Universitas Queensland, Australia.
Raja Juli kemudian mendapatkan gelar Ph.D dengan disertasi berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeast Asia, dengan mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).
Terkait perjalanan karier dan organisasi, ia sebelumnya pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) periode 2000–2002.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.