Jumat, 22 Agustus 2025

Berita Viral

Sri Mulyani Jadi Korban Deepfake soal Guru Beban Negara, Apa Itu Deepfake? Cek Cara Mendeteksinya

Kejahatan video buatan teknologi AI deepfake kian marak, terkini menimpa Menteri Keuangan Sri Mulyani soal guru menjadi beban negara.

Nitis Hawaroh/Tribunnews.com
MENKEU SRI MULYANI - Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers KSSK di Jakarta, Senin (28/7/2025). Dalam artikel mengulas tentang Deepfake Menkeu Sri Mulyani terkait pernyataan 'gaji guru sebagai beban negara', viral di media sosial. 

TRIBUNNEWS.COM - Video buatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) deepfake kian marak, terkini menimpa Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

Deepfake merupakan teknologi berbasis kecerdasan buatan yang mampu membuat video atau audio palsu dengan akurasi luar biasa.

Baru-baru ini, beredar video viral di media sosial yang memperlihatka Menkeu Sri Mulyani menyampaikan pernyataan terkait 'gaji guru sebagai beban negara'.

Rupanya video tersebut, adalah hoaks atau informasi bohong. 

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membantah narasi gaji guru dan dosen menjadi beban negara, yang beredar luas di media sosial itu. 

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu, Deni Surjantoro, menjelaskan narasi yang dibangun adalah potongan video dari pernyataan Menkeu dalam acara Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 7 Agustus lalu.

Deni Surjantoro pun menegaskan, narasi yang beredar di video adalah bohong atau hoaks.

Ia juga menilai, video yang beredar hasil deepfake dan potongan tidak utuh dari pidato Menkeu Sri Mulyani.

"Potongan video yang menampilkan seolah-olah Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan guru adalah beban negara itu hoaks," kata Deni di Kompleks Parlemen DPR RI, Selasa (19/8/2025).

"Faktanya, Menteri Keuangan tidak pernah menyatakan bahwa Guru adalah Beban Negara," imbuh pria kelahiran Temanggung, Jawa Tengah, pada 4 Februari 1973 itu.

Diberitakan sebelumnya, video yang menarasikan 'guru jadi beban negara' diunggah akun Tiktok @buzzer****.

Baca juga: Kementerian Keuangan Bantah Gaji Guru Jadi Beban Negara, Ini Faktanya 

Berdasarkan penelusuran Tribunnews, Rabu (20/8/2025), video yang memperlihatkan Menkeu Sri Mulyani mengatakan 'guru itu beban negara' ada dalam unggahan akun TikTok buzzer****.

Hanya beberapa detik saja Sri Mulyani mengatakan hal itu, lalu muncul ulasan seseorang dalam video, dengan background Sri Mulyani sedang berdiri di podium. 

"Sri Mulyani bilang guru beban negara," tulis caption dalam unggahan tersebut.

Pria bertopi di video mengomentari pernyataan Sri Mulyani, perempuan yang menjadi Menkeu sejak 2016 era Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) itu.

Namun, tidak diketahui jelas konteks Sri Mulyani berbicara seperti itu.

Belakangan, video Menkeu terkait ucapan guru sebagai beban negara disebut hoaks

Diketahui, potongan video tidak utuh itu dari pidato sang menteri dalam Forum Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia di ITB pada 7 Agustus 2025.

Komentar Menkeu Sri Mulyani

Dalam acara Konvensi Sains Teknologi dan Industri Indonesia Tahun 2025, Sri Mulyani sejatinya menyoroti rendahnya gaji guru dan dosen di Indonesia. 

Menurut Sri Mulyani, fenomena mengenai gaji tersebut terungkap di media sosial. 

"Banyak di media sosial yang mengatakan, menjadi dosen atau guru tidak dihargai karena gajinya kecil," kata Sri Mulyani, Jumat (8/8/2025).

Sementara Sri Mulyani mengatakan, apakah masalah gaji guru dan dosen harus berasal dari keuangan negara.

"Ini salah satu tantangan bagi keuangan negara. Apakah semuanya harus keuangan negara ataukah ada partisipasi dari masyarakat?" ucapnya.

Sri Mulyani lantas menilai, masalah gaji guru dan dosen merupakan bagian dari tantangan membangun ekosistem pendidikan yang kuat. 

Anggaran pendidikan, kata Sri Mulyani, harus berdampak nyata pada peningkatan mutu SDM. 

Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Postur RAPBN 2026, Pendapatan Negara Diproyeksi Rp 3.147,7 Triliun

Sri Mulyani menambahkan, menjadi dosen bukan berarti membuat seseorang mendapatkan keistimewaan dalam tunjangan. 

"Dosen juga harus diukur kinerjanya dan inilah yang mungkin jadi salah satu ujian bagi Indonesia," jelasnya.

Dari berbagai sumber, disebutkan 94 persen guru di Indonesia memiliki pendapatan di bawah Rp 2 juta per bulan, terutama yang berstatus non-PNS. 

Sementara Gaji dosen PNS golongan III berkisar antara Rp 2,6 juta – Rp 4,7 juta per bulan.

Tentang Deepfake

Dikutip dari kominfo.kuburaya.go.id, Deepfake adalah teknologi manipulasi video dan audio yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menciptakan konten yang membuat orang terlihat atau terdengar melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak dilakukan. 

Teknologi ini, telah muncul sejak tahun 2017 dan terus berkembang dengan kemampuan teknologi yang semakin canggih. Di mana bisa mengubah wajah dan suara seseorang dalam video.

Sejarah perkembangan deepfake pun dimulai dari penggunaan teknologi kecerdasan buatan dan algoritma pemrosesan citra untuk menggabungkan wajah seseorang ke video lainnya. 

Adapun dampak dari perkembangan deepfake juga semakin terasa dalam berbagai aspek, mulai dari politik hingga hiburan.

Ancaman Deepfake Terhadap Publik

Ada sejumlah risiko adanya Deepfake terhadap publik bila disalahgunakan, di antaranya:

- Penyebaran Disinformasi

Dikutip dari situs Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bogor, Deepfake memudahkan pembuatan berita palsu yang sulit dibedakan dari fakta, memicu kebingungan dan konflik sosial.

- Pencemaran Nama Baik
Video atau audio palsu sering digunakan untuk menyerang reputasi individu, termasuk tokoh publik dan masyarakat umum.

- Ancaman Privasi dan Keamanan
Teknologi ini bisa disalahgunakan untuk penipuan identitas, pelanggaran privasi, dan akses ilegal ke data pribadi.

- Krisis Kepercayaan Publik
Sulitnya membedakan konten asli dan palsu dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap media dan informasi.

- Eksploitasi Pornografi
Deepfake sering digunakan untuk membuat konten pornografi tanpa izin, merusak reputasi korban.

Lalu, bagaimana menghadapinya?

Solusinya, yakni meningkatkan literasi digital. 

Masyarakat perlu belajar mengenali tanda-tanda deepfake, seperti gerakan wajah yang tidak alami atau perbedaan suara dengan ekspresi. 

Selain itu, platform media sosial memiliki tanggung jawab besar untuk menyaring konten palsu ini sebelum menyebar luas.

Tips Mengenali Deepfake

- Deepfake yang digunakan untuk scam masih cenderung berkualitas rendah dan dapat terlihat dengan memperhatikan gerakan bibir yang tidak wajar. Selain itu, rambut yang dibuat dengan buruk, bentuk wajah yang tidak selaras, sedikit atau tidak ada kedipan, warna kulit yang tidak cocok, dan sebagainya. 

Kesalahan dalam rendering pakaian atau tangan yang melewati wajah juga bisa memberikan deepfake amatir.

- Jika Anda adalah korban dari deepfake pornografi, Anda dapat menghubungi kedua situs web itu untuk meminta video tersebut dihapus (banyak situs web melarang memposting deepfake). 

Kemudian, Anda dapat melaporkan hal itu ke lembaga penegak hukum, karena membuat deepfake adalah tindak pidana dalam beberapa peraturan perundang-undangan.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Dafit Adi Prasetyo, Nitis Hawaroh)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan