Minggu, 21 September 2025

Berita Viral

Viral Video Fenomena Langit Merah di Aceh, Ahli Fisika Beri Penjelasan

Guru Besar Fisika Teori IPB University menjelaskan soal video viral yang memperlihatkan fenomena langit merah di wilayah Aceh.

Freepik
BERITA VIRAL - Ilustrasi langit merah yang diunduh dari situs Freepik pada Jumat (5/9/2025). Guru Besar Fisika Teori IPB University memberikan penjelasan soal video viral yang memperlihatkan fenomena langit merah di wilayah Aceh. 

TRIBUNNEWS.COM - Video yang memperlihatkan fenomena langit merah terjadi di wilayah Aceh, viral di media sosial.

Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat penampakan langit yang awalnya berwarna oranye, kemudian memerah, pada siang hari.

Berdasarkan penelusuran Tribunnews Jumat (5/9/2025), video tersebut, diunggah di akun Facebook bernama Nur Maulana beberapa waktu lalu.

Video diklaim berada di wilayah Aceh. Meski begitu, tidak disebut pasti wilayahnya.

Narasi ‘matahari jatuh’ turut dituliskan dalam video tersebut.

"Kejadian Aceh matahari jatuh di Aceh," keterangan dalam video itu.

Beragam komentar pun disampaikan warganet. Ada yang mempertanyakan keaslian video itu, bahkan tak mempercayainya. 

Merespons hal tersebut, Guru Besar Fisika Teori IPB University, Prof Husin Alatas, memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena langit merah.

“Kondisi langit cerah biasanya berwarna biru karena adanya hamburan cahaya oleh molekul-molekul udara di atmosfer,” ucap Prof Husin, dikutip dari situs resmi Institut Pertanian Bogor (ITB), Jawa Barat.

Dosen pengampu mata kuliah Optik dan Fotonik ini, mengatakan cahaya putih matahari terdiri atas berbagai panjang gelombang.

Menurutnya, ketika cahaya mengenai molekul udara yang ukurannya sangat kecil dibanding panjang gelombangnya, terjadi hamburan Rayleigh.

"Dalam proses ini (Rayleigh), cahaya biru dengan panjang gelombang kecil lebih banyak terhambur dibanding warna merah,” jelas Husin.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Kota Surabaya Jumat, 5 September 2025, BMKG Juanda: Berpotensi Cerah Berawan

Husin mengatakan, hal ini menyebabkan langit terlihat biru pada siang hari.

Namun, ketika matahari terbit atau tenggelam, langit cenderung tampak merah-jingga. 

Lantas, kata Husin, posisi matahari yang berada di bawah ufuk membuat cahaya merah dan jingga, yang tidak banyak terhambur, serta lebih dominan terlihat oleh pengamat.

Selain hamburan Rayleigh, ada hamburan Mie yang terjadi bila partikel penghalang cahaya berukuran lebih besar, seperti aerosol atau droplet air.

Hamburan Mie merupakan fenomena yang terjadi ketika gelombang elektromagnetik (cahaya) mengenai partikel yang ukurannya tidak jauh berbeda dengan panjang gelombang cahaya tersebut.

“Hamburan Mie menyebabkan cahaya terhambur merata untuk semua panjang gelombang. Inilah alasan awan terlihat putih, meskipun langit berwarna biru,” ucap Husin.

Dalam kasus video viral fenomena langit merah ini, Husin menjelaskan, jika benar diambil pada siang hari, kemungkinan besar atmosfer mengandung konsentrasi tinggi aerosol atau debu halus.

Misalnya, akibat polusi, asap kebakaran, atau debu vulkanik.

“Partikel-partikel ini dapat menyerap cahaya biru dan ungu serta lebih banyak memantulkan cahaya merah dan jingga."

"Kombinasi penyerapan selektif dan hamburan Mie membuat langit tampak merah meskipun matahari masih tinggi,” terang Prof Husin.

Hoaks Matahari Jatuh

Sementara terkait narasi ‘matahari jatuh’ yang menyebar di masyarakat, Prof Husin menegaskan, klaim tersebut tidak benar secara ilmiah.

Menurutnya, matahari adalah bintang dengan volume 1,3 juta kali bumi dan radius 110 kali radius bumi. Sementara jaraknya sekitar 150 juta kilometer dari bumi.

"Jadi, mustahil matahari jatuh ke bumi,” ungkapnya.

Tentang Fenomena Langit Merah

Dikutip dari Bobo.grid.id, langit bisa saja berubah kemerahan ketika matahari terbit. Begitu pun ketika matahari sedang terbenam, warna kemerahan akan tampak di langit.

Fenomena ini disebut hamburan Rayleigh, yang menyebabkan langit berwarna biru pada siang hari.

Hamburan Rayleigh merupakan keadaan saat cahaya dengan gelombang pendek dihamburkan lebih banyak daripada cahaya dengan gelombang panjang, ketika bertemu dengan partikel kecil di udara.

Fenomena ini, ditemukan oleh ilmuwan fisika dari Inggris bernama John William Strutt atau Lord Rayleigh.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Kota Surabaya Kamis, 4 September 2025, BMKG Juanda: Cerah Berawan Sepanjang Hari

Lantas, mengapa langit menjadi kemerahan ketika matahari terbit dan terbenam?

- Terbuat dari Warna yang Berbeda 

Lantaran sinar yang dipancarkan ke bumi oleh matahari ini termasuk radiasi elektromagnetik, maka disebut cahaya tampak.

Radiasi elektromagnetik adalah perpaduan medan listrik dan medan magnet, yang merambat melalui ruang hampa.

Cahaya tampak ini terlihat putih, tetapi terdiri dari warna panjang gelombang yang berbeda, yaitu biru, ungu, dan nila (gelombang pendek) dan merah serta jingga (gelombang panjang).

Oleh sebab itu, matahari terbit atau terbenam membuat cahaya kemerahan.

Lalu, karena matahari berada di posisi lebih jauh dan cahayanya harus melewati atmosfer yang lebih tebal, maka cahaya gelombang pendeknya lebih dulu memencar ke segala arah.

Sementara cahaya gelombang panjang bisa sampai ke lapisan atmosfer bumi. 

- Debu dan Polusi 

Kualitas udara juga memengaruhi kenapa langit menjadi berwarna kemerahan saat matahari terbit atau terbenam.

Hal tersebut, lantaran partikel debu dan polutan cenderung mengurangi warna di langit, serta menghalangi cahaya mencapai bumi.

Langit akan berwarna kemerahan kusam saat udara penuh dengan debu dan polusi.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Bobo.grid.id/Thea Arnaiz)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan