Jumat, 12 September 2025

Tantangan Sampah dan Ekonomi Sirkular: L’Oréal Indonesia Dorong Kolaborasi Lintas Sektor

Di tengah meningkatnya perhatian terhadap pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular, pendekatan kolektif mengatasi persoalan limbah jadi sorotan

Editor: Dodi Esvandi
HANDOUT
Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability L'Oréal Indonesia (tengah) dalam acara Katadata SAFE 2025 di Jakarta, Rabu (10/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah meningkatnya perhatian terhadap pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular, L’Oréal Indonesia menyoroti pentingnya pendekatan kolektif dalam mengatasi persoalan limbah. 

Dalam forum Katadata SAFE 2025 yang digelar di Jakarta, Rabu (10/9/2025), perusahaan kosmetik global ini memaparkan strategi pengelolaan limbah yang telah diterapkan selama lima tahun terakhir, termasuk pencapaian zero waste to landfill di seluruh kantor, pabrik, dan situs operasionalnya di Indonesia.

“Pertumbuhan bisnis tidak harus berbanding lurus dengan peningkatan dampak lingkungan,” ujar Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement, and Sustainability L’Oréal Indonesia.

Ia menjelaskan bahwa L’Oréal mengadopsi pendekatan menyeluruh, mulai dari pencegahan limbah di hulu hingga pengelolaan di hilir, sebagai bagian dari komitmen global L’Oréal for the Future.

Salah satu inovasi yang diusung adalah produk isi ulang (refill-at-home), yang dinilai mampu mengurangi timbulan sampah tanpa mengorbankan kualitas maupun pengalaman konsumen. 

“Refill kini menjadi norma baru di L’Oréal, karena tetap menjaga nilai produk sekaligus lebih ramah lingkungan,” kata Melanie.

Baca juga: Hadapi Krisis Iklim, Ahli: Konsep Blue Food Bakal Hasilkan Pangan Bebas Emisi

Prinsip minim limbah juga diterapkan dalam berbagai aktivitas perusahaan, termasuk dalam penyelenggaraan acara. 

Materi promosi dirancang agar dapat digunakan ulang atau dibuat dari bahan daur ulang, sebagai upaya mengurangi potensi limbah tambahan.

Sejak 2022, L’Oréal Indonesia bergabung dengan Indonesian Packaging Recovery Organization (IPRO), bersama 17 perusahaan lain, untuk mendukung sistem daur ulang yang lebih terstruktur. 

Menurut Melanie, kolaborasi semacam ini sejalan dengan misi pemerintah dalam menangani sampah secara komprehensif.

“Pengelolaan sampah tidak bisa hanya dibebankan pada produsen. Konsumen, UMKM, dan masyarakat luas juga punya peran penting. Pemerintah tidak bisa bergerak sendiri tanpa dukungan publik,” ujarnya.

L’Oréal juga telah mematuhi Peraturan Menteri LHK No.75/2019 tentang peta jalan pengurangan sampah, yang diterapkan secara bertahap namun konsisten. 

Melanie menyampaikan apresiasi atas keterbukaan pemerintah dalam menerima masukan dari sektor swasta, dan menekankan bahwa membangun ekonomi sirkular hanya bisa tercapai melalui sinergi lintas sektor.

“Ini tanggung jawab bersama. Kita butuh solusi yang tidak hanya baik bagi lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional,” tutupnya.

Katadata SAFE 2025, yang tahun ini mengusung tema Green for Resilience, menjadi wadah diskusi dan kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi krisis iklim dan dinamika global. 

Melalui forum tingkat tinggi, lokakarya, pameran interaktif, dan kolaborasi antara seni dan keberlanjutan, acara ini mendorong aksi nyata menuju masa depan ekonomi yang inklusif dan tangguh.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan