Rabu, 1 Oktober 2025

Danau-danau Indonesia Terancam: Menteri LH Soroti Ikan Invasif dan Sampah Wisata

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkap kondisi memprihatinkan yang tengah melanda danau-danau di Indonesia

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Danang Triatmojo
Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq dalam rapat koordinasi yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup perihal evaluasi capaian penyelamatan 15 danau prioritas nasional, di kawasan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (1/10/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengungkap kondisi memprihatinkan yang tengah melanda danau-danau di Indonesia. 

Dalam Rapat Koordinasi Nasional Penyelamatan Danau Indonesia yang digelar di kawasan Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (1/10/2025), Hanif menyebut bahwa kerusakan ekosistem danau kini berada di titik kritis akibat salah penanganan budidaya dan penumpukan sampah wisata.

Salah satu masalah utama yang disorot adalah pelepasan ikan invasif ke dalam danau, yang kerap dilakukan dalam berbagai seremoni tanpa kajian ekologis yang memadai. 

“Ikan-ikan invasif yang sejatinya bukan ikan endemik kemudian mendesak ikan endemik. Bahkan di beberapa danau besar, ikan endemiknya hampir dikatakan musnah,” ujar Hanif dalam pidatonya.

Ia mencontohkan jenis ikan seperti Nila dan Ikan Mas yang kerap dilepaskan karena dianggap menarik secara kasat mata, padahal bukan berasal dari ekosistem asli danau. 

“Kita dengan gegabah pada saat seremoni-seremoni melepas ikan-ikan yang kemudian menarik secara kasat mata. Tetapi sejatinya ikan itu adalah jenis invasif,” lanjutnya.

Baca juga: BPDLH Gandeng UNDP-UNCDF, Banyumas Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah Terpadu

Sampah Wisata: Ancaman yang Tak Terlihat

Selain ancaman biologis, Hanif juga menyoroti masalah sampah yang menumpuk di danau-danau wisata. 

Meski kawasan danau menjadi pusat perputaran ekonomi, dampak ekologisnya justru semakin parah. 

“Hampir semua danau yang dijadikan tempat wisata, tidak hanya menghasilkan uang, tetapi menumpuk sampah yang luar biasa. Dan ini juga belum kita mampu tangani,” ucapnya.

Ia mengingatkan bahwa pencemaran sampah bukan hanya merusak lingkungan, tetapi juga berpotensi menelan korban jiwa. 

Hanif menyinggung dua tragedi besar: longsor di TPA Klapanunggal Bogor yang menewaskan satu pekerja bulan lalu, serta bencana di TPA Leuwigajah, Cimahi, pada 2005 yang menenggelamkan satu desa.

“Ini permasalahan sampah kemudian ngalir jelas ke danau-danau, ke sungai-sungai, dan akhirnya ke laut. Maka persoalan-persoalan inilah yang kemudian harus kita tangani bersama,” tegas Hanif.

Usulan Pusat Studi dan Keterlibatan Anak Muda

Sebagai solusi, Kementerian LH mengusulkan pembangunan pusat studi penanganan danau yang fokus pada restorasi dan pengelolaan sampah. 

Hanif menyatakan kesiapan Indonesia untuk memimpin pusat penanganan regional Asia Pasifik jika dimandatkan oleh organisasi internasional.

“Kita mengusulkan ada pusat-pusat studi, pusat-pusat penanganan danau. Kita juga siap, seandainya internasional, untuk Asia Pasifik memberikan mandat kita menjadi pusat penanganan, pemulihan, restorasi danau di level regional,” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya melibatkan generasi muda dalam gerakan penyelamatan lingkungan. 

Pemerintah, menurutnya, perlu menggelar diskusi dan lomba untuk membentuk pola pikir yang peduli terhadap kondisi ekologis Indonesia. 

“Karena tanpa disadarinya, maka itulah menumbuhkan kemudian mindset yang akan paham dengan kondisi lingkungan kita,” pungkas Hanif.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved