Senin, 3 November 2025

Megawati Gagas ‘KAA Plus’ Bangun Blok Baru Negara Global Selatan, Apa itu KAA Plus?

Megawati Soekarnoputri melontarkan gagasan pembentukan “Konferensi Asia–Afrika Plus” (Asia–Africa Plus Conference).

Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda
70 TAHUN KAA - Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri dalam seminar internasional bertema Commemorative Seminar Of The 70th Anniversary Of The 1995 Bandung Asian-African Conference ‘Bung Karno In A Global History’ di Auditorium Sukarno, di Kompleks Makam Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri melontarkan gagasan pembentukan “Konferensi Asia–Afrika Plus” (Asia–Africa Plus Conference)
  • Gagasan “KAA Plus” ini menegaskan semangat Bandung 1955 dalam konteks abad ke-21
  • Megawati menyerukan solidaritas baru untuk menghadapi ketimpangan ekonomi, hegemoni teknologi, dan dominasi geopolitik

TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Presiden Kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri melontarkan gagasan pembentukan “Konferensi Asia–Afrika Plus” (Asia–Africa Plus Conference).

Gagasan itu disampaikannya saat menyampaikan pidato kunci dalam seminar internasional bertema Commemorative Seminar Of The 70th Anniversary Of The 1995 Bandung Asian-African Conference ‘Bung Karno In A Global History’ di Auditorium Soekarno, di Kompleks Makam Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (1/11/2025).

Baca juga: PDIP: Semangat 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika Titik Tatanan Dunia Baru, Bukan Sekadar Nostalgia

Acara itu turut dihadiri oleh akademisi dan delegasi dari 32 negara.

"Saya mengusulkan pentingnya penyelenggaraan ‘Konferensi Asia–Afrika Plus’ — sebuah forum lanjutan dalam format yang lebih luas, mencakup negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin," ujar Megawati.

"Forum ini diharapkan menjadi wadah permanen bagi negara-negara Global South untuk membangun masa depan bersama, yang bebas dari ketimpangan, hegemoni, dan ketidakadilan struktural global," sambungnya.

 

 

Gagasan “KAA Plus” ini menegaskan semangat Bandung 1955 dalam konteks abad ke-21. 

Bila enam dekade lalu KAA mempersatukan negara-negara yang baru merdeka melawan kolonialisme, kini Megawati menyerukan solidaritas baru untuk menghadapi ketimpangan ekonomi, hegemoni teknologi, dan dominasi geopolitik.

"Jika pada 1955 Bung Karno dan para pemimpin dunia ketiga mampu mengguncang tatanan kolonial, maka pada abad ke-21 kita juga mampu mengguncang tatanan digital dan ekonomi yang tidak adil," tegas Megawati.

Diketahui, seruan ini sejalan dengan tren global soal negara-negara Global South kini semakin memperkuat koordinasi lewat forum seperti BRICS Plus, G77 + China, dan Non-Aligned Movement Revival. 

Namun, forum yang menyatukan Asia, Afrika, dan Amerika Latin secara permanen belum ada. Ide “KAA Plus” menjadi langkah diplomasi strategis untuk mengisi ruang itu.

Megawati menekankan bahwa arsitektur global saat ini masih timpang. 

Menurut data World Bank (2025), 84 negara Global South menampung lebih dari 75 persen populasi dunia, tetapi hanya menguasai sekitar 37 persen PDB global. 

Di sisi lain, ketergantungan ekonomi dan teknologi terhadap negara maju semakin tinggi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved