Kamis, 6 November 2025

Busa Hitam Misterius di Subang, Pakar Ingatkan Bahaya Jangka Panjang

Busa hitam di Sumedang, Jawa Barat, sebagai alarm penting mengenai kesehatan lingkungan dan keamanan kesehatan global.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
TikTok @infobandungselatan0
BUSA HITAM - Fenomena busa hitam pekat tampak melayang rendah dan mengendap di area persawahan Patokbeusi, Subang, Jawa Barat, Selasa, 28 Oktober 2025. Busa misterius yang turun dari langit ini diduga berasal dari aktivitas industri dan tengah ditelusuri pakar serta otoritas lingkungan.  
Ringkasan Berita:
  • Fenomena busa hitam di Subang, Jawa Barat, menghebohkan publik
  • Alarm bagi kesehatan lingkungan dan keamanan kesehatan global
  • Tidak boleh dianggap sebagai kejadian insidental biasa

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Fenomena busa hitam yang melayang dan jatuh menutupi persawahan di Subang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan. 
 
Ahli kesehatan global dan epidemiolog Dicky Budiman menilai kejadian tersebut sebagai alarm penting mengenai kesehatan lingkungan dan keamanan kesehatan global.

Menurutnya, busa yang diduga mengandung surfaktan dari limbah industri mencerminkan kegagalan sistem pengelolaan limbah cair yang berisiko tinggi terhadap masyarakat.

“Kenapa ini menjadi isu kesehatan lingkungan? Dan termasuk keamanan kesehatan global. Karena penampakan busa karena surfaktan industri menunjukkan kegagalan sistem pengelolaan limbah cair industri. Yang ini bisa berdampak bukan hanya lokal tapi juga lintas wilayah,” ujar Dicky pada Tribunnews, Senin (3/11/2025). 

Bahan kimia industri tidak mengenal batas administratif. 

Baca juga: Gumpalan Busa Hitam Muncul di Subang: Polisi Sebut dari Pabrik di Karawang, Dedi Mulyadi Merespons

Angin, hujan, dan aliran air mampu membawa kontaminan dari satu titik ke wilayah lain, masuk ke sawah, sumber air minum, hingga rantai makanan.

Dalam konteks ketahanan kesehatan, kerusakan lingkungan akibat limbah industri dapat memicu masalah kesehatan masyarakat dalam jangka pendek maupun panjang. 

Mulai dari iritasi, gangguan saluran napas, alergi, menurunnya imunitas, hingga penyakit kronis.

Ketika kondisi ini terjadi berulang di banyak kawasan industri, beban penyakit akan meningkat dan biaya kesehatan masyarakat ikut melonjak.

Bukan Kasus Lokal, Tapi Sinyal Sistemik

Dicky menegaskan bahwa fenomena ini tidak boleh dianggap sebagai kejadian insidental biasa.

“Kalau terbawa air, angin, atau sedimentasi. Ini bagian dari aspek ketahanan kesehatan karena polusi industri itu bisa memicu wabah penyakit lingkungan, menurunkan produktivitas masyarakat, menyumbang berpotensi, menyumbang beban penyakit yang tidak terduga,"urainya. 

Ia mencontohkan potensi terburuk berupa kebocoran bahan kimia skala besar yang mampu menciptakan situasi darurat kesehatan masyarakat.

Untuk mencegah risiko semakin meluas, langkah respons dini menjadi kunci. 

Dicky menegaskan pentingnya penyelidikan berbasis data dan sains sebelum mengambil tindakan lanjutan.

“Rekomendasi untuk tindak cepat yang saya bisa sarankan ya mengambil sampel dari busa. Yang ada itu kemudian air permukaan, air irigasi, tanah sekitar, dan juga udara di lokasi warga terdampak. Ini untuk mengetahui kandungan kimia spesifik,” ujarnya.

Selain itu, pemantauan kesehatan masyarakat sangat penting, terutama bagi kelompok rentan. 

Anak-anak, lansia, petani, dan ibu hamil adalah kelompok yang lebih mudah terdampak polutan kimia dan mengalami efek kesehatan lebih berat.

Di lapangan, pendekatan yang dibutuhkan bukan hanya teknis, tetapi juga sosial. 

Edukasi publik mengenai penanganan awal harus segera digencarkan agar warga tetap tenang namun waspada. Dicky menekankan perlunya literasi publik. 

“Misalnya, hindari menyentuh busa. Jika terkena busa, segera bilas dengan air bersih. Juga gunakan penutup hidung masker, dan pakaian tertutup kalau ada di area busa,” katanya.

Selain itu, pemerintah daerah perlu sigap meninjau lokasi dan jika terbukti berasal dari industri, sumber pencemaran harus dihentikan sementara untuk mencegah dampak lebih luas.

Harus Transparan dan Tidak Saling Menyalahkan

Dalam penanganan isu lingkungan, transparansi dan kehati-hatian menjadi penting agar warga mendapat informasi yang benar tanpa memicu kepanikan publik atau saling menyalahkan.

“Jadi ini harus direspon cepat, transparan, tapi juga berhati-hati tidak blaming, tidak maksudnya langsung menjudge, lakukan verifikasi, validasi dengan tujuan tentu untuk kesehatan warga dan lingkungan,” tutup Dicky.

 

(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved