Jumat, 7 November 2025

Khutbah Jumat, 7 November 2025: Menjadi Pahlawan di Masa Kini

Teks khutbah berikut berjudul Menjadi Pahlawan di Masa Kini bisa dibacakan saat shalat Jumat hari ini, 7 November 2025.

Penulis: Lanny Latifah
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
DENGARKAN KUTBAH JUMAT - Ribuan umat Islam yang tengah menjalankan puasa mendengarkan kutbah sebelum pelaksanaan shalat Jumat di Mesjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jumat (10/7). Teks khutbah berikut berjudul Menjadi Pahlawan di Masa Kini bisa dibacakan saat shalat Jumat hari ini, 7 November 2025. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM - Teks khutbah berjudul "Menjadi Pahlawan di Masa Kini" bisa dibacakan saat shalat Jumat hari ini, 7 November 2025.

Teks khutbah Jumat ini dirilis oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Rabu, 5 November 2025.

Diketahui, khutbah Jumat merupakan ceramah agama yang disampaikan oleh seorang khatib sebelum pelaksanaan salat Jumat.

Khutbah merupakan bagian penting dari ibadah salat Jumat dan memiliki beberapa fungsi, seperti memberikan nasihat, bimbingan moral, dan pesan-pesan agama kepada jamaah.

Berkaitan dengan Hari Pahlawan yang diperingati 10 November 2025 mendatang, teks khutbah dalam artikel berikut akan mengajak kita untuk mempelajari tentang Pahlawan di Masa Kini.

Jika pahlawan dulu berjuang dengan mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah, maka tugas kita saat ini sebagai penerus adalah berjuang untuk mengusir kebodohan dan ketertinggalan sebagai modal menjaga kemerdekaan ini. 

Dikutip dari laman Simbi Kemenag, berikut teks khutbah Jumat, 7 November 2025.

Baca juga: Khutbah Jumat 7 November 2025: Meneladani Pengorbanan Pahlawan

Menjadi Pahlawan di Masa Kini

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَانِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي الجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيمِ وَلِعَظِيمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيلُه خَيْرَ نَبِي أَرْسَلَه أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا. اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ فَإِنِّي أوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ، وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ.

Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah,
Di antara nikmat yang harus kita syukuri adalah dianugerahkannya nikmat kemerdekaan dan keamanan di tanah air Indonesia. Kondisi yang kita rasakan saat ini bukan tiba-tiba datang begitu saja. Keamanan dan kenyamanan dalam bingkai kemerdekaan yang kita nikmati ini adalah berkat wasilah perjuangan dari para pahlawan. Mereka berjuang dengan pengorbanan jiwa raga dan berhasil mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Sebagai orang yang pandai bersyukur, jangan sampai kita lupakan jasa dan spirit para pahlawan dalam perjuangan ini. Semestinya kita harus meneladani semangat perjuangan mereka untuk diaplikasikan di era saat ini.

Jika pahlawan dulu berjuang dengan mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah, maka tugas kita saat ini sebagai penerus adalah berjuang untuk mengusir kebodohan dan ketertinggalan sebagai modal menjaga kemerdekaan ini. Cara perjuangan saat ini adalah dengan terus mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang baik. Bukan sebaliknya, mewarnai kemerdekaan dengan sikap-sikap negatif yang akan merongrong integritas serta eksistensi bangsa. Terlebih di era digital saat ini di mana berbagai narasi informasi provokatif sering muncul di media sosial. Kita dan khususnya para generasi muda harus dipahamkan agar tidak mudah larut mengikuti paham-paham yang ingin memecah belah bangsa. Para generasi muda khususnya, harus terus disadarkan untuk meneladani spirit para pahlawan dan mengusir penjajah di zaman modern yang kerap masuk melalui perang pemikiran (ghazwul fikri) di media sosial.

Setiap elemen bangsa harus disadarkan untuk tidak terprovokasi dengan berbagai upaya membenturkan keberagaman yang ada di Indonesia. Keberagaman agama, budaya, suku, dan adat istiadat yang ada di Indonesia tidak boleh menjadi pemicu perpecahan. Semua itu adalah sunatullah dan ditujukan untuk kebersamaan dengan saling kenal mengenal. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat [49]: 13:

يَأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."

Ma'asyiral muslimin jemaah salat Jum'at rahimakumullah,
Generasi penerus kemerdekaan seperti kita saat ini harus meneladani nilai-nilai dan semangat dari pahlawan seperti keteguhan dalam memegang prinsip, keberanian, dan kesabaran dalam meraih tujuan. Nilai-nilai ini harus diaplikasikan oleh elemen bangsa untuk mengisi kemerdekaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Kita harus teguh memegang prinsip untuk mempertahankan kemerdekaan sekaligus berani menghalau pihak-pihak yang ingin menggangu kedamaian bangsa. Dengan kesabaran, kita harus terus membangun bangsa kita ini untuk meraih tujuan melalui persatuan. Persatuan (ukhuah) menjadi hal yang penting sebagai komitmen mengisi kemerdekaan.

Jemaah yang dirahmati Allah,
Terkait dengan persatuan ini, salah satu ulama Indonesia KH Ahmad Shiddiq mengemukakan konsep "Trilogi Ukhuwah" yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia). Jika tiga persatuan ini bisa kita wujudkan dalam mengisi kemerdekaan, maka insya Allah kita juga bisa menjadi pahlawan. Bukan pahlawan yang merebut kemerdekaan dengan berperang mengangkat senjata, namun pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan dengan mensyukuri dan mengisinya. Persatuan dan kebersamaan juga akan menjadi wasilah penjagaan dari Allah Swt sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:

يَدُ اللَّهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ.

"Penjagaan Allah berada di atas kebersamaan.

Ma'asyiral muslimin jemaah salat Jum'at rahimakumullah,
Meneladani para pahlawan sekaligus mengisi kemerdekaan ini bisa menjadi barometer tingkat syukur kita kepada Allah atas nikmat kemerdekaan. Allah telah menegaskan bahwa jika kita bersyukur maka akan ditambah nikmat-Nya kepada kita termasuk nikmat kemerdekaan ini. Namun sebaliknya, jika kita tidak bersyukur alias 'tak tahu diuntung' serta menganggap enteng perjuangan para pahlawan, maka tinggal menunggu waktu saja, azab Allah akan datang kepada kita. Naudzubillah mindzalik. Rasulullah bersabda:

لا يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved