Lokal Asri
Fauna Maskot Daerah: Simbol Identitas dan Cermin Kekayaan Alam Indonesia
Dari elang bondol hingga orangutan, setiap maskot daerah menyimpan kisah dan semangat menjaga alam Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM - Tahukah kamu? Berbagai maskot daerah di Indonesia berasal dari fauna khas yang ada di wilayah tersebut. Umumnya, mereka dipilih karena mencerminkan karakter ekosistem setempat–dari pesisir hutan dataran rendah, sampai pegunungan tinggi, menunjukkan betapa kayanya alam Indonesia.
Tapi di balik logo dan atribut tersebut, ada pertanyaan besar: apakah simbol itu masih hidup di alamnya? Atau cuma tinggal cerita?
Berikut potret beberapa maskot alam Indonesia yang jadi identitas daerah beserta status konservasinya.
Identitas Alam Lewat Maskot Daerah
1. Elang bondol - Maskot DKI Jakarta yang Penuh Cerita

Elang bondol (Haliastur indus) bukan cuma jadi ikon DKI Jakarta yang berdampingan dengan salak Condet, tapi juga simbol kuat hubungan kota ini dengan laut dan keberanian warganya.
Buat warga Betawi, elang bondol atau “Ulung-ulung” punya makna istimewa. Resmi dijadikan maskot lewat SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 1976 Tahun 1989, satwa ini dipilih bukan sekadar karena keindahannya, tapi karena statusnya yang kala itu terancam punah.
Dulu, burung berwarna cokelat kemerahan dengan kepala putih ini mudah dijumpai di langit Kepulauan Seribu. Namun, pesatnya urbanisasi dan alih fungsi lahan membuatnya makin langka. Kini, elang bondol dilindungi dan masuk dalam program konservasi oleh Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) dan Jakarta Animal Aid Network (JAAN).
Pulau Kotok juga menjadi rumah bagi sekitar 29 ekor elang bondol yang dirawat di suaka khusus dengan kondisi beragam. Dari langit pesisir Jakarta, elang bondol jadi pengingat bahwa kota megapolitan pun tetap punya tanggung jawab menjaga ruang hidup bagi satwa liarnya.
2. Anoa - Simbol Pegunungan Sulawesi yang Tangguh

Anoa, si “kerbau kerdil” endemik Sulawesi, jadi simbol ketangguhan sekaligus maskot bagi Sulawesi Tengah dan Tenggara. Terdapat dua jenis anoa, yaitu anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan keduanya sama-sama dilindungi lewat Peraturan Menteri LHK Nomor P.106 Tahun 2018.
Populasi anoa terus menurun akibat perburuan liar, alih fungsi hutan, hingga aktivitas tambang dan pengumpulan hasil hutan nonkayu.
Anoa juga memegang peran penting dalam ekosistem dengan membantu penyebaran biji dan regenerasi hutan. Karena itu, ia disebut flagship species konservasi Sulawesi yang menjadi representasi upaya besar melindungi seluruh ekosistem pulau.
Kini, beberapa kawasan menjadi pusat konservasi utama seperti Taman Nasional Lore Lindu, Bogani Nani Wartabone, Cagar Alam Tanjung Peropa, dan Suaka Margasatwa Lambusango di Pulau Buton. Totalnya, ada 14 lokasi prioritas di Sulawesi dan 2 di Buton yang ditetapkan untuk melindungi subpopulasi anoa.
3. Jalak Bali - Dari Ambang Punah Jadi Cerita Keberhasilan
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang memiliki tampilan unik hanya bisa ditemukan di Pulau Bali. Saking ikoniknya, jalak Bali bahkan diabadikan di uang logam Rp200 tahun 2003 sebagai kebanggaan fauna endemik Indonesia.
Sayangnya, ancaman datang dari perburuan liar, perdagangan ilegal, dan hilangnya habitat akibat alih fungsi hutan.
Perjuangan menyelamatkannya pun jadi salah satu kisah konservasi paling inspiratif di Indonesia. Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB) bekerja sama dengan komunitas lokal, lembaga internasional, dan kelompok pecinta burung membentuk berbagai pusat konservasi dan penangkaran. Salah satunya di Pulau Nusa Penida dan Desa Tengkudak, Tabanan, yang kini dikenal sebagai Kampung Jalak Bali.
Berkat kerja sama lintas pihak, jumlah Jalak Bali sempat menembus 600 ekor di alam pada 2023. Meski sempat turun menjadi 552 ekor pada 2024, populasinya kini jauh lebih stabil dibanding dua dekade lalu.
Kini, jalak Bali bukan cuma jadi maskot Provinsi Bali, tapi juga simbol harapan bahwa satwa langka bisa bangkit kalau manusia ikut menjaga.
Baca juga: 5 Spot Wisata Dekat Lokasi Syuting Abadi Nan Jaya, Khas Alam Indonesia!
4. Cendrawasih - Burung Surga yang jadi Identitas Papua

Burung cendrawasih (bird of paradise) adalah simbol kemurnian dan kebebasan bagi masyarakat Papua. Dari sekitar 30 jenis di dunia, 28 di antaranya hidup di tanah Papua.
Buat masyarakat adat, cendrawasih punya makna spiritual. Bulu indahnya hanya boleh dikenakan oleh kepala suku atau tokoh adat sebagai simbol kehormatan
Keindahan cendrawasih membuatnya dijuluki sebagai “burung surga”, tapi juga menjadikannya target perburuan. Karena itu, burung ini dilindungi oleh Undang-Undang Konservasi Nomor 5 Tahun 1990. Pemerintah juga melindungi habitatnya lewat kawasan konservasi seperti Taman Nasional Lorentz dan Wasur.
5. Orangutan - Wajah Konservasi Kalimantan

Orangutan adalah simbol kuat konservasi di Indonesia. Primata cerdas ini cuma bisa ditemukan di Sumatera dan Kalimantan, dengan tiga spesies utama: orangutan sumatra, kalimantan, dan tapanuli.
Sayangnya, semua spesies itu kini memiliki status yang sama, yakni kritis menurut IUCN. Ekspansi kebun sawit, kebakaran hutan, dan perburuan liar membuat populasinya terus menurun. Dalam 40 tahun terakhir, jumlahnya terus menurun hingga 80 persen.
Upaya penyelamatan terus digencarkan oleh berbagai lembaga. Di Kalimantan Tengah, rehabilitasi dilakukan di Nyaru Menteng dan Pulau Kaja, tempat orangutan belajar bertahan hidup sebelum dilepas ke alam liar. Taman Nasional Tanjung Puting pun jadi rumah konservasi terbesar bagi ribuan orangutan, sekaligus bukti nyata bahwa menjaga mereka berarti menjaga jantung hutan Borneo.
Dari Maskot Jadi Inspirasi Konservasi
Uniknya, banyak daerah di Indonesia kini nggak cuma bangga dengan maskotnya, tapi juga menjadikannya inspirasi untuk gerakan pelestarian alam.
Elang Bondol, maskot Jakarta, kini jadi wajah program pelepasliaran burung di Kepulauan Seribu—pengingat bahwa kota besar pun butuh ruang hidup bagi satwa liarnya. Ada juga anoa, ikon Sulawesi yang menjadi pusat kampanye #SaveAnoa dan wisata edukasi di Hutan Lore Lindu yang melibatkan warga sekitar.
Jalak Bali sukses bangkit dari ambang kepunahan lewat kerja sama antar warga dan Taman Nasional Bali Barat, jadi contoh nyata konservasi berbasis komunitas. Sementara di Papua, cendrawasih jadi simbol gerakan hijau di kampung wisata birdwatching di Papua, dan orangutan menjadi simbol perjuangan hutan Kalimantan.
Dari elang di langit Jakarta sampai orangutan di hutan Borneo, setiap maskot adalah cermin semangat kita menjaga alam Indonesia agar tetap lestari dan berarti.
Melalui inisiatif Lokal Asri, Tribunnews, dan Tribun Network mengajak kamu untuk mengenal lebih dekat fauna khas Nusantara, sekaligus ikut menjaga kelestarian alam Indonesia agar tetap indah dinikmati generasi mendatang.
Baca juga: 5 Hewan Sakral Simbol Kehidupan di Alam Indonesia, Bukan Cuma Mitos!
Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!
Lokal Asri
| Bulan Lahirnya PBB, Festival Cerita Kota Rayakan Warisan Budaya dan Keberlanjutan |
|---|
| Keberlanjutan Masuk Agenda Nasional, Ketangguhan Jadi Kunci Jalankan Keberlanjutan |
|---|
| Panggung Judi Pasti Rugi Ada di Kota Pahlawan, Surabaya |
|---|
| 4 Destinasi Wisata di Jawa dengan Pesona Alam Indonesia, Bak Raja Ampat! |
|---|
| Serunya Menjelajah! 5 Map Gunung Roblox ala Alam Indonesia |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.