Mengenal Hari Angklung Sedunia 16 November, Latar Belakang Perayaannya
Mengenal apa itu Hari Angklung Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 November, Warisan Budaya Takbenda asal Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM - Mengenal apa itu Hari Angklung Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 November.
Tahun ini, Hari Angklung Sedunia jatuh pada akhir pekan, Minggu, 16 November 2025.
Penetapan tanggal 16 November ini, bertepatan dengan diakuinya angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda asal Indonesia oleh UNESCO.
UNESCO atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), sebuah badan khusus di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Angklung tak hanya sebagai alat musik, namun juga menjadi simbol persatuan dan keanekaragaman budaya di Indonesia.
Hari Angklung pun menjadi momen penting bagi kita untuk memperingati dan menghargai keindahan instrumen musik tradisional dari Tanah Air.
Tentang Angklung
Angklung merupakan alat musik tradisional khas Jawa Barat yang terbuat dari bambu.
Alat musik ini, dimainkan dengan cara digoyangkan hingga menghasilkan bunyi yang khas akibat benturan badan pipa bambu.
Dikutip dari ditsmp.kemendikdasmen.go.id, angklung berasal dari Bahasa Sunda “angkleung-angkleungan”, berarti gerakan pemain Angklung dan suara “klung” yang dihasilkannya.
Baca juga: Hari Guru Tanggal Berapa? Ini Jadwal Peringatan Nasional-Dunia Beserta Sejarahnya
Secara etimologis, angklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” atau pecah.
Sehingga, angklung merujuk nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap.
Latar Belakang Penerapan Hari Angklung Sedunia 16 November
Hari Angklung Sedunia bertepatan dengan diakuinya angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda asal Indonesia oleh UNESCO pada 16 November 2010.
Menurut Dr. Groneman, dokter Belanda yang terkenal dengan tulisan budaya dan arkeolog Jawa, angklung telah ada di Nusantara, bahkan sebelum era Hindu.
Sementara menurut Jaap Kunst dalam bukunya Music in Java, Angklung juga bisa ditemui di daerah Sumatera Selatan dan Kalimantan.
Namun, di luar wilayah itu, masyarakat Lampung, Jawa Timur dan Jawa Tengah mengenal alat musik tersebut.
Sebelum ditetapkan UNESCO, ada sejumlah proses yang harus dilalui agar angklung bisa diakui sebagai WBTb asal Indonesia.
Awalnya, angklung dimasukkan pada Daftar Perwakilan Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam pertemuan Fifth Session of the Intergovernmental Committee.
Kemudian, UNESCO melakukan penilaian terhadap sejumlah kriteria, seperti angklung, alat musik yang menunjukkan karakteristik atau identitas budaya masyarakat Jawa Barat dan Banten.
Dikutip dari bandung.go.id, angklung juga dinilai menggambarkan kondisi masyarakat dalam menunjukkan nilai-nilai kerja tim, saling menghormati, dan membangun harmonisasi sosial.
Hingga pada 15-19 November 2010, Komite UNESCO mengadakan pertemuan Fifth Session of the Intergovernmental Committee (5.COM) di Nairobi, Kenya.
Dari hasil pertemuan tersebut, angklung Indonesia dinilai telah memenuhi kriteria-kriteria dan diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan asal Indonesia.
UNESCO pun menetapkan angklung Indonesia sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia pada tanggal 16 November 2010.
Baca juga: NOC Indonesia Gaungkan Nilai Olimpiade Lewat Lomba Video Musik Nasional
Jenis-Jenis Angklung
Alat musik yang dibuat dari bambu hitam (awi wulung) atau bambu putih (awi temen) ini, memiliki sejumlah jenis.
Berikut jenis-jenis angklung:
- Angklung Kanekes
Angklung Dogdog Lojor dimainkan oleh masyarakat Baduy dalam upacara adat.
- Angklung Dogdog Lojor
Angklung Dogdog Lojor digunakan untuk ritual panen di daerah Banten.
- Angklung Padaeng
Angklung Padaeng dikembangkan Daeng Soetigna pada tahun 1938 dengan sistem nada diatonis, sehingga dapat memainkan lagu modern.
Adapun angklung tertua di Indonesia bernama Angklung Gubrag, berusia 400 tahun.
Angklung tersebut, kini disimpan di Museum Sri Baduga, Bandung.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.