Membedah Akar Kegagalan Startup di Asia Tenggara: Bukan Modal, Tapi Struktur yang Bermasalah
Di tengah derasnya arus investasi, ekosistem startup di Asia Tenggara masih dihantui oleh gelombang kegagalan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Di tengah derasnya arus investasi dan semangat membangun inovasi, ekosistem startup di Asia Tenggara masih dihantui oleh gelombang kegagalan.
Mulai dari skandal internal hingga penutupan mendadak, sejumlah nama besar seperti TaniHub, Investree, dan eFishery menjadi bukti bahwa pendanaan besar bukan jaminan keberhasilan.
Sebuah whitepaper terbaru bertajuk The Corporate Venture Valley of Death, hasil kolaborasi antara venture builder Wright Partners dan konsultan inovasi MING Labs melalui program Corporate Venture Launchpad 3.0 (CVL 3.0) yang didukung EDB Singapura, mengungkap akar persoalan yang lebih dalam: kegagalan struktural.
Bukan Musim Pendanaan, Tapi Masalah Fondasi
Menurut laporan tersebut, penyebab utama kegagalan startup bukan sekadar siklus pendanaan atau sentimen investor, melainkan kelemahan dalam perancangan, tata kelola, dan eksekusi.
Dari startup berbasis VC hingga ventura korporat, banyak yang tumbang karena:
- Tata kelola yang rapuh
- Profil pendiri yang tidak sesuai dengan kebutuhan skala bisnis
- Kekeliruan dalam memetakan masalah dan solusi
“Tanpa struktur yang kuat, pendiri yang tepat, dan disiplin eksekusi, kegagalan akan terus berulang,” ujar Ziv Ragowsky, Founding Partner Wright Partners.
Baca juga: Startup Kripto Indonesia Raih Pendanaan Awal, Bidik Ekspansi Stablecoin Berbasis Rupiah
Tantangan Khusus di Asia Tenggara
Asia Tenggara menghadapi tantangan unik.
Dibandingkan Silicon Valley, jumlah founder berpengalaman dan pengusaha “gelombang kedua” masih terbatas.
Banyak startup dipimpin oleh pendiri yang belum terbiasa dengan proses scale-up atau tata kelola yang kompleks.
Arnold Egg, Founding Partner Wright Partners, menambahkan, “Yang kami lihat bukan semata soal ketersediaan modal, melainkan soal struktur.
Tanpa pembenahan hal-hal mendasar, sebesar apa pun investasi sulit melahirkan bisnis yang berkelanjutan.”
Selain itu, banyak startup di kawasan ini mengejar tren populer alih-alih menyelesaikan masalah nyata.
Pendanaan pun sering kali mengalir ke model bisnis yang belum matang, menciptakan pertumbuhan yang didorong ekspektasi, bukan kebutuhan pasar.
Studi Kasus: Belajar dari Kegagalan dan Ketahanan
Whitepaper ini merangkum lebih dari 15 wawancara dengan pimpinan corporate venture dan studi kasus di Asia Tenggara.
Tiga penyebab utama kegagalan yang diidentifikasi adalah:
- Analisis masalah yang keliru
- Ketidakselarasan struktur kepemilikan dan insentif
- Lemahnya disiplin eksekusi
China Makin Aktif Tanamkan Pengaruh, ASEAN Harus Mampu Menjaga Keseimbangan Hubungan |
![]() |
---|
Startup Kripto Indonesia Raih Pendanaan Awal, Bidik Ekspansi Stablecoin Berbasis Rupiah |
![]() |
---|
Asal Bakteri yang Jadi Penyebab Keracunan MBG, Ditemukan Pada Daging, Telur dan Nasi |
![]() |
---|
Pilot TNI AU Sukses Terbangkan Rafale di Prancis, Indonesia Siap Operasikan 42 Jet Tempur Baru |
![]() |
---|
Asia Tenggara Catat Rekor Baru untuk Konferensi AI dan Bisnis Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.