Kisah PO NPM, Perusahaan Otobus Tertua di Sumatera Barat, Beroperasi Sejak Zaman Penjajah Belanda
PT NPM sudah berdiri sejak zaman pra kemerdekaan RI di tahun 1937 atau sekitar 80 tahun lalu.
Editor:
Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis transportasi darat di Tanah Air memiliki perjalanan panjang. Di sejumlah daerah seperti di Pulau Jawa dan Sumatera, bisnis transportasi darat sudah muncul sejak zaman penjajahan Belanda, melayani perjalanan warga dari sejumlah kota ke berbagai kota tujuan di tengah infrastruktur yang masih terbatas.
Di Pulau Sumatera, tepatnya di Sumatera Barat, ada perusahaan otobus (PO) yang memiliki sejarah panjang, karena sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda dan terus eksis hingga kini karena berhasil diteruskan oleh generasi pewarisnya.
Perusahaan otobus tersebut adalah PO NPM. NPM kepanjangan dari Naikilah Perusahaan Minang.
PT NPM sudah berdiri sejak zaman pra kemerdekaan RI di tahun 1937 atau sekitar 80 tahun lalu.
Dokumen akta pendirian perusahaan ini sampai sekarang masih tersimpan rapi berupa surat penetetapan pendirian perusahaan yang diterbitkan pada tahun 1948 dan masih menggunakan bahasa Belanda.

Boleh dibilang NPM karena merupakan satu-satunya perusahaan angkutan yang tertua di Sumatera Barat.
“Ini merupakan perusahaan otobus tertua, bahkan di Indonesia. Lihat saja, surat pembentukan perusahaan saja masih menggunakan bahasa Belanda dan ditandatangani Kementerian Hukum Hindia Belanda yang saat itu memerintah di Indonesia,” ujar Kurnia Lesani Adnan, founder Perpalz TV dalam bincang dengan owner PT NPM Angga Vircansa Chairul.
Baca juga: Secuil Kisah PO Family Raya Ceria, Legenda Transportasi Bus AKAP dari Kota Bangko
Angga Vircansa Chairul merupakan generasi ketiga PO NPM dan saat ini menjabat sebagai direktur utama PT NPM sejak tahun 2009.
Baca juga: Pandemi Juga Memukul Bisnis Transportasi PO Gumarang Jaya dan Puspa Jaya Lampung
Saat ini PO NPM melayani AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi), AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) dan bus pariwisata.

Rute bus AKDP dan AKAP-nya melayani rute kota-kota dari Sumatra Barat menuju beberapa kota di Sumatera dan Pulau Jawa seperti Jakarta dan Bandung.
PO NPM didirikan oleh Bahauddin Sutan Barbangso Nan Kuniang di kota Padang Panjang, Sumatra Barat. Perusahaan otobus yang banyak menggunakan chassis bus Mercedes-Benz ini memiliki motto “Aman, Tepat, Terpercaya.”
Kehadiran PO bus ini di bisnis transportasi darat, bersaing dengan sejumlah PO bus lainnya di Pulau Sumatera seperti PO ALS, PO ANS dan lain-lain.
Baca juga: Pengemudi Bus Masih Hadapi Kelangkaan Solar di Lintas Sumatera, Sampai-sampai Harus Bawa Jerigen
“Sebagai PO bus tertua, kami telah mengalami masa pasang surut, mulai dari krisis moneter di tahun 1998 hingga awal tahun 2000-an yang turut memukul bisnis transportasi, maraknya transportasi udara hingga munculnya pandemi Covid-19," ujar Angga.

"Kami ditantang untuk terus berinovasi untuk bisa bertahan dan bertumbuh di industri transportasi darat,” imbuhnya.
Angga menceritakan, PO NPM meraih masa kejayaannya pada tahun 90-an dengan rute Padang – Bukittinggi.
Pada era itu NPM dapat memberangkatkan 40 bus setiap hari dengan 7 jadwal keberangkatan.
Masa kejayaan itu dirasakan mulai menurun ketika krisis moneter melanda Indonesia yang juga berimbas pada bisnis transportasi di tahun 1998 hingga awal tahun 2000-an.

PO NPM pernah memiliki hingga 101 unit bus pada tahun 90-an dan karena imbas krisis moneter tersebut unit tersisa menjadi 40-an unit saja karena banyak unitnya yang dijual demi menutup biaya operasional yang tidak murah.
Selain krisis moneter, hal lain yang memengaruhi pasang-surutnya bisnis transportasi darat seperti dirasakan NPM adalah kehadiran moda transportasi udara.
Penerbangan di Sumatera kini melayani banyak rute di beberapa kota dengan jumlah maskapai yang semakin banyak dan harga tiket yang mulai terjangkau.
“Masyarakat lebih banyak beralih ke moda transportasi udara sehingga menyebabkan bisnis moda transportasi darat menurun jumlah peminatnya," ujar Angga.
"Bahkan dalam setahun terakhir ini, terpaan dari pandemi Covid-19 juga turut menjadi tantangan terbesar PO bus,“ lanjut Angga.
Pada awal Angga dipercaya mengendalikan bisnis PO NPM, jumlah unit bus yang beroperasi tersisa hanya 27 unit.

Di tangan dinginnya, perlahan PO NPM kembali berkembang dan kini mengoperasikan sekitar 57 unit bus, melayani jurusan Padang – Jakarta, Padang – Medan, Padang – Jambi dan bus pariwisata.
“Pada dasarnya saya memang tidak memiliki pengalaman dalam mengembangkan bisnis angkutan ini. Namun saya sangat beruntung bisa bertemu dengan Bang Sani (Kurnia Lesani Adnan) dan bergabung di Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia,” ujar Angga.
Angga mengaku dirinya juga banyak belajar dari Kurnia Lesani Adnan yang kini menjadi pemilik PO bus SAN Putra Sejahtera sekaligus founder Perpalz TV.
“Banyak hal yang saya dapatkan dari Bang Sani sehingga saya hingga saat ini mampu mempertahankan perusahaan keluarga yang saat ini saya tangani,” papar Angga.
Disambut Hangat
Rombongan tim Perpalz TV di roadshow ke Pulau Sumatera memang menyambangi garasi PO NPM di Padang Panjang.
Kedatangan rombongan ini juga mendapat sambutan hangat Walikota Padang Panjang Haji Fadly Amran B.B.A dengan penampilan Tari Piring di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM).
"Satu kebanggaan Perpalz TV bisa datang mengunjungi Padang Panjang. Silahkan kunjungi tempat wisata yang ada di sini,” sambut Walikota Fadly Amran.
Dalam kesempatan itu, Kurnia Lesani Adnan juga menyampaikan keluh kesahnya tentang akses jalan menuju PDIKM. Armada busnya seperti Mercedes-Benz OC500 RF 2542 kerap tersangkut kabel yang melintang di jalan.
“Kami mohon kiranya pak Walikota bisa menindaklanjuti apa yang kami rasakan. Portal di bagian depan tidak cukup untuk akses bus kami, begitu juga banyak kabel di jalan yang melintang. Tentunya ini bisa jadi mengurangi kenyamanan wisatawan yang berkunjung dengan bus ke sini,” ujar Sani.
Walikota Fadly Amran berjanji akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan pembenahan.