Rabu, 3 September 2025

Waduh, Ternyata Ini yang Terjadi Pada Mesin Kendaraan Jika Pakai BBM Tak Sesuai Anjuran

Suparna, Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak, bahan bakar yang dipilih haruslah menyesuaikan dengan spesifikasi mesin kendaraannya.

Kompas.com
SPBU Pertamina. 

TRIBUNNEWS.COM – Di Indonesia tersedia banyak sekali jenis bahan bakar dengan keunggulan masing-masing yang bisa dipilih di SPBU Pertamina, mulai dari Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo.

Dari beragam jenis di atas, banyak orang yang memilih bahan bakar jenis bensin berdasarkan harganya yang murah. Sebut saja, Pertalite, kini harga bahan bakar satu ini berada di kisaran Rp 7.650 per liter. Bahan bakar ini jadi pilihan karena memiliki oktan 90 dengan harga terjangkau.

Sedikit berbeda dengan Pertalite, Pertamax memiliki harga yang lebih mahal. Di Jakarta, bahan bakar bensin satu ini dijual pada kisaran Rp 9000 per liter dengan nilai oktan 92. Harga tersebut merupakan harga dari pembaruan terakhir yang didapatkan dari website Pertamina.

Sebenarnya seberapa besar sih pengaruh nilai oktan pada bahan bakar jenis bensin?

Seperti yang dikatakan Suparna, Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak, bahan bakar yang dipilih haruslah menyesuaikan dengan spesifikasi mesin kendaraannya. Biasanya, pabrikan kendaraan akan merekomendasikan minimal oktan bahan bakar yang bisa digunakan.

“Misalnya direkomendasikan oleh pabrik untuk memakai oktan 92, tapi malah diisi oktan 90. Nantinya akan menimbulkan beberapa efek pada mesin,” ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa nilai oktan akan berpengaruh pada proses detonasi atau pembakaran. Nilai oktan bahan bakar yang terlalu rendah akan menyebabkan proses pembakaran menjadi lebih awal.

“Hal ini dikarenakan bahan bakar dengan oktan yang rendah lebih mudah terbakar di suhu yang lebih rendah.” kata Suparna.

Ketika terjadi peristiwa pembakaran tersebut, piston pada mesin belum berada pada titik mati atas atau TMA, tetapi sudah terdorong oleh ledakan. Kemudian, hal tersebut secara langsung menyebabkan piston memukul dinding silinder atau ngelitik.

Menurutnya lagi, pabrikan kendaraan saat ini sudah melengkapi mesin dengan sensor knocking. Artinya, sensor akan memundurkan waktu pembakaran dan pengapian saat mesin diisi BBM dengan oktan lebih rendah.  

Saat pengapian dimundurkan, pembakaran mesin menjadi tidak sempurna dan tarikan mobil menjadi berat. Imbasnya, BBM yang digunakan akan lebih boros dan akan terjadi penumpukan kerak karbon pada mesin.

Terakhir, jika dibiarkan mengelitik, komponen mesin akan menjadi lebih cepat rusak.

“Misalnya kompresi mesin lebih bagus saat dipakai sampai 100.000 km. Namun jika memakai BBM oktan lebih rendah, belum sampai 100.000 km sudah ngempos kompresinya karena ada goresan di dinding silinder akibat sering ngelitik tadi,” kata dia.

Admin: Sponsored Content
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan