Jadi Penari Tradisional Bali, Ini Stigma yang Kerap Diterima Ni Ketut Putri Minangsari
Menjadi penari tradisional Bali, ini cerita Ni Ketut Putri Minangsari soal stigma buruk yang kerap ia terima!
Penulis:
Fira Firoh
Parapuan.co- Salah satu penari tradisional Bali profesional bernama Ni Ketut Putri Minangsari membagikan ceritanya soal stigma yang kerap ia alami.
Perempuan yang dijuluki "Mbok" oleh para murid-muridnya ini juga pernah menghadiri acara Ubud Writers and Readers Festival.
Ia tampil di acara tersebut dengan membawakan puisi sambil menari Legong.
Namun ia lebih ingin dikenal sebagai seorang penari, bukan penulis.
"Saat ditanya orang, kamu itu apa, saya selalu bilangnya penari dulu. Saya penari yang hobi menulis mungkin haha. Jadi persona saya lebih ke seniman tari," cerita Putri dikutip dari Parapuan.co.
Meski Putri bangga dengan profesi penari, namun ia kerap mendapat stigma negatif dan tidak sedikit yang mempertanyakan prospek pekerjaan ini di masa depan.
Seperti yang diketahui, banyak penari tradisional yang akhirnya beralih profesi dan berhenti menari.
Apalagi, banyak penari tradisional yang nasibnya kurang diperhatikan oleh pemerintah.
"Pemerintah mungkin tidak terlalu memprioritaskan tari dan seni budaya. Mau tidak mau, ya kita sendiri sebagai penari yang melestarikan tari tradisi Bali, yang tadinya sempat redup seperti tari Legong," ujar Putri.
Baca juga: Hari Tari Sedunia, Ini 5 Pilihan Karier Populer untuk Penari
Putri juga bercerita kepada PARAPUAN jika saat ini, tidak banyak orang yang menari Legong.
"Tari Legong pada awal tahun 90an, jarang sekali untuk ditarikan lagi. Kemudian, saya dan teman-teman melihat hal itu, dan Tari Legong akhirnya bangkit kembali," tambahnya.
Selain itu, Putri mengaku jika hambatan profesi penari lebih banyak dirasakan oleh penari yang tinggal di daerah daripada di kota.
"Kami sebagai penari tradisional yang tinggal di Jakarta lumayan diuntungkan dibanding penari-penari yang tinggal di daerah-daerah. Karena pergerakan penari di daerah tantangannya lebih sulit," kata alumni jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan tersebut.