Sabtu, 8 November 2025

Investasi Lestari Jadi Topik Utama Forum Investasi dan Bisnis Berbasis Alam

Kabupaten Sigi telah menunjukkan komitmen dalam mengadopsi pendekatan pembangunan hijau dan berkelanjutan

Penulis: Fathia

Kelompok usaha ini berkaitan dengan food system atau yang berkaitan dengan rantai pasok makanan baik itu di sektor produksi, pemrosesan atau dihilir.

''Tapi harus usaha yang punya dampak sistemik. Misalnya, kegiatannya di Sigi tapi hasilnya melampaui daerah Sigi,'' jelasnya.

Adapun, plafon pembiayaan yang ditawarkan bervariasi mulai dari 100.000 dollar AS hinggga 1 juta dollar AS.     

 Baca Juga: Kabupaten Sigi Gelar Festival Lestari 5, Dorong Investasi Berbasis Kelestarian Alam

Forum ini juga menawarkan model bisnis yang di Sulawesi Tengah, bahkan Indonesia belum familiar, yakni carbon tradingCarbon trading atau perdagangan karbon merupakan perdagangan antar negara yang dirancang untuk mengurangi emisi karbon dioksida.

Carbon trading juga dikenal dengan sebutan carbon emissions trading atau perdagangan emisi karbon. Kegiatan ini menyumbang sebagian besar perdagangan emisi di dunia. 

Direktur PT Rimba Makmur Utama (RMU) Rezal Kusumaatmadja mengulik panjang lebar usaha bisnis yang digelutinya itu. RMU yang dirintis pada 2008, adalah perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak di sektor ini.

“Sebagai bisnis baru, RMU masih terus memperkenalkan diri ke publik. Namun masa depan bisnis ini menurut dia, mempunyai prospek yang baik. Mengingat narasi global saat setelah climate change adalah kembali ke nature basic,” kata Rezal.   

Kini, RMU masih terus mencoba melakukan konsolidasi pengetahuan mereka dengan memproduksi buku untuk disebarkan agar publik familiar dengan bisnis ini. Perusahaan itu diproyeksikan untuk menjaga hutan.

Karena itu, walau terbilang baru dan pernah mengalami masa paceklik, RMU berusaaha tetap eksis. Karena niat awalnya selain profit adalah untuk menjaga kehidupan. 

“Prospek bisnis ini sangat visible karena semua komponen modalnya sudah tersedia. Ada modal budaya, modal sosial, ada modal alam dan kebijakannya. Terakhir adalah uangnya. Indonesia belum punya aturan soal model bisnis ini,” kata Rezal.  

Baca Juga: Kisah Kopi dan Durian si Buah Tangan dari Kabupaten Sigi 

Aturan masih digodok 

Ini diakui oleh Direktur Promosi Wilayah Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru, dan Pasifik Kementerian Investasi/BKPM Saribua Siahaan yang ditemui sehari sebelum forum berlangsung. Indonesia menurut dia belum masuk dalam bisnis perdagangan karbon ini karena aturannya masih harus digodok di Bappenas.

Masih terkait pembangunan lestari, Leonard Theosabrata dari Smesco memberi dukungan penuh terhadap konsep pembangunan berbasis alam. Ia akan mempromosikan Cagar Biosfer Lore Lindu, mengingat ada hewan dan tumbuhan endemik yang harus dijaga sana.

Sumber: Parapuan
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved