Penerimaan Mahasiswa Baru
Siap Mental, tapi Enggak Siap Fisik? Bye!
Simak penjelasan tes kesamaptaan yang menjadi salah satu seleksi sekolah kedinasan dan alasan mengapa tes itu penting dari Ganesha Operation.
Editor:
Sri Juliati
oleh: Sugih Ahmad Rizal
TRIBUNNEWS.COM - Jangan kira kalau sudah lolos seleksi administrasi saat mendaftar sekolah kedinasan dan berhasil menaklukkan soal-soal CAT, kamu bisa langsung bernapas lega. Nope!
Sebab di beberapa sekolah kedinasan, masih ada satu tantangan besar yang siap menanti yaitu tes kesamaptaan.
Tes ini sering kali jadi "batu sandungan" terakhir yang menentukan apakah kamu benar-benar siap jadi bagian dari sekolah kedinasan atau harus mencoba lagi tahun depan.
Namun, sebenarnya… tes kesamaptaan itu apa, sih?
Secara sederhana, kesamaptaan adalah kesiapan fisik, mental, dan sosial seseorang untuk menjalani aktivitas harian dengan lancar dan efisien, tanpa hambatan berarti.
Jadi, bukan cuma soal kuat berlari atau banyak push-up, tapi juga mencakup ketangguhan mental dan kemampuan adaptasi sosial.
Ada juga yang menggambarkan kesamaptaan sebagai sistem latihan kebugaran yang kompleks, yang melibatkan kekuatan, daya tahan, kelincahan, dan koordinasi tubuh.
Intinya sih, tubuh kamu harus sigap, tangguh, dan siap menghadapi tantangan apa pun baik secara fisik maupun mental.
Oleh karena itu, tes ini enggak bisa diremehkan.
Meskipun bentuk ujiannya lebih banyak melibatkan aktivitas fisik, tapi makna di baliknya jauh lebih luas.
Baca juga: Medan Tempur di Seleksi Masuk Sekolah Kedinasan
Tes kesamaptaan menunjukkan apakah kamu punya kesiapan menyeluruh untuk menjalani pendidikan di sekolah kedinasan yang terkenal disiplin dan penuh tantangan.
Sekolah Kedinasan Mana Saja yang Ada Tes Kesamaptaan?
Kalau kamu pikir tes fisik hanya berlaku di Akademi Militer atau Kepolisian, kamu perlu tahu fakta ini: banyak sekolah kedinasan sipil juga menyertakan tes kesamaptaan dalam proses seleksinya.
Jadi, selain dituntut punya nilai akademik yang kuat, kamu juga harus punya fisik yang tangguh!
Beberapa sekolah kedinasan populer seperti IPDN, STIN, Poltekim, Poltekip, hingga perguruan tinggi di bawah Kementerian Perhubungan secara rutin menerapkan tes kesamaptaan sebagai salah satu tahap seleksi.
Tes ini mencakup berbagai gerakan dasar yang mengukur kekuatan dan ketahanan tubuh, mulai dari lari selama 12 menit tanpa berhenti, push-up, sit-up, pull-up (atau chinning untuk perempuan), sampai shuttle run yang menuntut kelincahan.
Khusus di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), peserta juga harus siap menghadapi tantangan tambahan seperti berenang sejauh 25 meter dengan waktu tercepat!
Sementara itu, di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), tes larinya mengacu pada Cooper Test, yaitu berlari sejauh 2,4 km dengan kecepatan maksimal.
Ini menunjukkan bahwa setiap sekolah punya standar fisik masing-masing, yang disesuaikan dengan tuntutan profesi lulusannya nanti.
Namun, ada juga sekolah kedinasan yang tidak menyertakan tes kesamaptaan, seperti Politeknik Statistika STIS (Polstat STIS).
Ini karena bidang yang mereka tekuni lebih fokus pada analisis data dan pekerjaan teknis di belakang layar.
Lalu, kenapa banyak sekolah kedinasan tetap mempertahankan tes fisik dalam seleksi mereka? Alasannya cukup masuk akal.
Pertama, karena melalui tes fisik ini, panitia bisa melihat gaya hidup dan kondisi kebugaran peserta secara keseluruhan.
Tes kesehatan dan kesamaptaan bisa mengungkap apakah peserta memiliki riwayat yang mengganggu seperti kecanduan zat tertentu atau pola hidup yang kurang sehat.
Kedua, tes ini menjadi cara untuk mengukur daya tahan dan kemampuan dasar tubuh, apakah peserta mampu bertahan dalam program pendidikan yang padat, ketat, dan penuh tekanan.
Ketiga, karena lulusan sekolah kedinasan umumnya akan langsung terikat dalam ikatan dinas, mereka harus siap bekerja di lapangan, termasuk menghadapi kondisi kerja yang tidak selalu nyaman.
Tes fisik adalah salah satu cara memastikan mereka siap secara jasmani, bukan hanya siap saat duduk di depan komputer atau belajar di kelas.
Dan terakhir, yang enggak kalah penting adalah karena mereka akan jadi pelayan masyarakat.
Menjadi abdi negara bukan hanya soal administrasi, tapi juga kesiapan untuk terjun langsung, bekerja cepat, dan tetap sehat di segala situasi.
Kenapa Tes Kesamaptaan Itu Penting?
Bayangkan kamu diterima di sekolah kedinasan, lalu mendadak harus berjibaku dengan jadwal padat, latihan lapangan, dan segunung tugas akademik.
Tanpa fisik yang prima, otak cemerlang bisa langsung 'drop‑out' gara‑gara badan tidak sanggup mengikuti ritme.
Nah, inilah mengapa tes kesamaptaan hadir bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi untuk lima hal krusial berikut:
a. Modal Survive di Lingkungan Penuh Tekanan
Penelitian kebugaran terbaru menegaskan bahwa latihan terstruktur seperti lari, push‑up, sit‑up, hingga shuttle run, tidak hanya mengasah otot dan paru‑paru.
Ia juga memperkuat stamina, meningkatkan kemampuan agar tetap fokus, waras, dan sigap ketika tekanan datang bertubi‑tubi.
b. Pengelolaan Stres yang Lebih Baik
Tubuh bugar sama dengan hormon stres yang lebih terkendali.
Ketika detak jantung sudah terbiasa "bermain" di angka tinggi saat latihan, menghadapi tenggat tugas atau patroli lapangan akan terasa lebih 'sepele'.
Singkatnya, fisik kuat membantu kepala tetap dingin.
c. Pembentukan Karakter dan Disiplin
Program kesamaptaan melatih hal‑hal "soft" yang sering luput seperti konsistensi bangun pagi, pantang menyerah saat otot mulai menjerit, dan kemampuan bekerja sama dengan rekan latihan.
Karakter tahan banting inilah yang dibutuhkan seorang abdi negara.
d. Kualitas Hidup Jangka Panjang
Sudah banyak bukti bahwa rutinitas kebugaran terjaga berbanding lurus dengan risiko penyakit kronis yang lebih rendah.
Jadi, selain membantu kamu lulus seleksi, kesamaptaan juga "menabung" kesehatan masa depan.
Intinya, tes kesamaptaan bukan penghalang, tapi gerbang.
Siapa pun yang melewati gerbang ini akan membawa bekal fisik, mental, dan karakter yang lengkap sebagai syarat mutlak untuk belajar, bertugas, dan melayani dengan optimal.
Siap Otak, Siap Fisik
Sudah tahu kan tips belajar dan strategi akademik dari artikel jenis-jenis tes yang ada di seleksi masuk sekolah kedinasan sebelumnya?
Bagus! Tapi itu baru setengah perjalanan. Setengah sisanya dimulai ketika alarm pagi berbunyi dan kamu memilih bangkit berolahraga atau tetap meringkuk di kasur.
Tes kesamaptaan memang sekilas terasa "cuma fisik", padahal esensinya jauh lebih dalam.
Sejumlah penelitian merangkum kesamaptaan sebagai paduan kekuatan jasmani, ketahanan mental, dan kecakapan sosial, menjadi sebuah paket lengkap yang membuat kita sanggup menjalankan rutinitas berat, entah itu latihan lapangan, tugas kelas, atau dinamika asrama.
Aktivitas fisik teratur terbukti menurunkan stres, menaikkan mood, dan yang kerap terlupakan bahwa aktivitas fisik juga berperan untuk menyokong kerja otak.
Ketika jantung terbiasa berdetak lebih cepat di lintasan lari, pikiran juga belajar tetap jernih di bawah tekanan ujian atau tenggat laporan.
Itulah sebabnya program pembinaan di sekolah kedinasan selalu menyeimbangkan lari, push‑up, sit‑up, hingga latihan mindfulness.
Maka, mulai hari ini, perlakukan latihan fisik dan mental seperti jadwal belajar dan latihan soal.
Kalau di GO ada yang namanya target pengerjaan soal, maka kamu pun kamu punya target aktivitas fisik harian yang rutin dilakukan.
Latih otak dan kuatkan badan, kombinasi itu akan membuka lebih banyak pintu daripada sekadar nilai ujian tinggi.
Selamat berproses, dan sampai jumpa di garis start tes kesamaptaan! (*)
Penerimaan Mahasiswa Baru
TKA Wajib Diikuti atau Tidak oleh Siswa SMA/MA/SMK dan Sederajat? Simak Pengaruhnya terhadap SNBP |
---|
Cara Cek dan 2 Link Pengumuman Hasil SKD STIS 2025, Ini Tahap Selanjutnya bagi yang Lolos |
---|
Aturan Baru SNBP 2026, Ini Daftar Mapel Pendukung Prodi yang Wajib Kamu Tahu |
---|
Link dan Cara Cek Skor SKD Sekolah Kedinasan 2025 |
---|
Biaya Kuliah Universitas Pertamina Tahun Ajaran 2025/2026, UKT Tertinggi Rp25 Juta per Semester |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.