Mengenal Warisan Budaya Subak di Bali: Pengertian, Filosofi, dan Nilai Budaya Subak
Subak merupakan warisan budaya di Bali yang ada sejak beratus tahun lalu sebagai bentuk kemandirian masyarakat dalam mengatasi persoalan air irigasi.
Penulis:
Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor:
Sri Juliati
Kemudian Pawongan, adalah hubungan antara manusia dengan sesama.
Hal ini bisa dilihat dengan kekompakan dan gotong royong antarpetani di dalam subak tersebut.
Lalu Palemahan, yang merupakan hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungannya.

Berikut ini mengenai budaya Subak: pengertian, filosofi, dan nilai budayanya, dikutip Tribunnews.com dari beberapa sumber:
Sistem Irigasi Subak
Subak merupakan sekumpulan petani di Bali yang mengelola sistem irigasi yang ada di sebuah kawasan persawahan.
Kawasan persawahan itu biasanya dibatasi oleh kenampakan alam seperti sungai, jurang, atau kenampakan lain yang jelas terlihat.
Satu kelompok subak biasanya memiliki satu sumber air yang mengalir ke sebuah sungai yang melewati atau berada dekat dengan persawahannya.
Para anggota kelompok subak menggunakan sistem gotong royong dan saling bantu dengan cara “meminjam air”, bukan utang piutang.
Dengan demikian, setiap anggota harus bertanggung jawab terhadap penggunaan air juga terhadap petani lain sesama anggota Subak.
Sistem irigasi subak dipimpin oleh seorang pengatur yang diebut pekaseh atau klean subak.
Para pekaseh bekerja sama dengan para kepala desa dan perangkat desa dalam menjalankan tugasnya.
Para pekaseh ini diangkat oleh petani, bukan oleh perangkat desa.
Mereka mengatur dan memberitahukan ketersediaan air pada areal persawahan kelompoknya.
Apabila kekurangan air, sistem pinjam air dijalankan agar semua petani mendapatkan air yang cukup untuk sawahnya.