Kisah Inspiratif Guru Sugeng, Mengabdi di Daerah Terpencil, Menembus Hutan untuk Berbagi Ilmu
Lokasi SDN Tambora yang terpencil di tengah perkebunan kopi tak menyurutkan tekad Sugeng Purnomo untuk mengajar murid-muridnya
Namun kendala komunikasi membuat para guru harus menyambangi muridnya demi pembelajaran.
Pengorbanan yang diberikan Sugeng dan rekan-rekan guru di SDN Tambora sangat besar.
Padahal selama sebulan, Sugeng hanya mendapatkan pendapatan sekitar Rp300 ribu.
Pendapatan Sugeng berasal dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Baca juga: Kemampuan Komunikasi Lulusan Perguruan Tinggi Dibutuhkan di Dunia Industri
Dalam setahun dana BOS cair sebanyak tiga kali, per termin dirinya hanya mendapatkan sebesar Rp1 juta hingga Rp1,2 juta.
Saat ini Sugeng masih berstatus guru honorer bersama delapan orang guru lainnya.
Dirinya mengajar sekitar 13 tahun di SDN Tambora sejak 2008.
Di SDN Tambora, Sugeng mengungkapkan hanya kepala sekolah yang telah berstatus PNS.
Hanya ada satu guru CPNS di sekolah tersebut.
Meski dengan gaji yang minim, Sugeng mengatakan upayanya memberikan pembelajaran adalah bentuk pengabdian terhadap daerahnya.
Sugeng mengatakan dirinya lahir dan tumbuh besar di dekat SDN Tambora.
Sehingga dirinya terpanggil untuk melakukan pengabdian terhadap sekolah tersebut.
Selain itu, Sugeng mengungkapkan SDN Tambora sempat minim guru.
Banyak guru yang tidak betah ditempatkan di SDN Tambora karena wilayahnya yang terpencil.
Terlebih guru yang mengajar bukan berasal dari daerah sekitar.
Baca juga: Kemenag Siapkan Rp 479 Miliar untuk Bantuan Kuota Internet Guru dan Pelajar
"Saya merasa terpanggil, karena saya perhatikan beberapa tahun sebelum saya mengabdi dulu. Banyak saya melihat daftar nama guru, tapi tidak ada gurunya. Karena memang guru yang didatangkan orang dari luar wilayah kami. Jadi tidak cukup betah lah ditempatkan di tempat hutan," jelas Sugeng.