Selasa, 18 November 2025

Kurikulum Merdeka

Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka Hal 206: Paku dan Balok Kayu

Berikut merupakan kunci jawaban buku Pendidikan Agama Islam kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka halaman 206 bab 86: Paku dan Balok Kayu

dok. Biro Humas Kemensos/ Idamana Banjiwo
KEGIATAN SEKOLAH - Berikut merupakan kunci jawaban buku Pendidikan Agama Islam kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka halaman 206 bab 86: Paku dan Balok Kayu. 

TRIBUNNEWS.COM – Buku pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka halaman 206 bab 8.

Salah satu materi yang dibahas pada buku pelajaran buku pelajaran Pendidikan Agama Islam 10 SMA Kurikulum Merdeka halaman 206, karangan Taufik Ahmad, dkk. terbitan Kemdikbud Ristek tahun 2021 yakni Menghindari Akhlak Madzmumah dan Membiasakan Akhlak Mahmudah.

Akhlak madzmumah adalah sifat-sifat buruk atau tercela yang harus dijauhi, misalnya dusta, iri hati, tamak, sombong, dengki, dan marah tanpa sebab.

Akhlak mahmudah adalah sifat-sifat mulia atau terpuji yang harus dibiasakan, seperti jujur, sabar, rendah hati, dermawan, amanah, dan adil.

Menghindari akhlak madzmumah dan membiasakan akhlak mahmudah penting karena perilaku kita menentukan kualitas hidup, hubungan dengan orang lain, dan kedekatan dengan Tuhan.

Pada latihan soal kali ini, siswa diminta menjawab pertanyaan terkait aktivitas yang ada dalam halaman tersebut.

Sebagai catatan, sebelum melihat kunci buku pelajaran Pendidikan Agama Islam 10 SMA Kurikulum Merdeka halaman 206 siswa diminta untuk terlebih dahulu menjawab soal secara mandiri.

Kunci jawaban ini digunakan sebagai panduan dan pembanding oleh orang tua untuk mengoreksi pekerjaan anak.

Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam 10 SMA Kurikulum Merdeka Halaman 206: Paku dan Balok Kayu.

Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam 10 SMA Kurikulum Merdeka Halaman 206

Baca juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 11 Halaman 30 31 Kurikulum Merdeka, Penilaian Pengetahuan

KISAH PAKU DAN SEBATANG BALOK KAYU

Alkisah, tersebutlah seorang murid yang memiliki sifat temperamental, mudah marah dan kesulitan mengendalikan dirinya. Dia selalu mengalami kesulitan untuk mengontrol emosinya, bahkan selalu mudah marah dan berkata kasar hanya untuk kesalahan-kesalahan kecil orang lain yang membuatnya tersinggung. Hingga pada suatu hari ia dipanggil oleh gurunya. Sang guru merasa berkewajiban untuk menasehati dan menjadikan murid ini lebih baik akhlaknya, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Oleh sang guru, ia diminta untuk menyiapkan sebatang balok kayu, palu dan paku. Dan dengan pendekatan serta sentuhan hati yang tulus, guru itu pun meminta kepadanya, agar setiap kali ia marah, ia harus menancapkan satu buah paku ke balok kayu dengan menggunakan palu yang sudah disiapkan. Berapa kali pun marah, ia harus melakukan hal tersebut dengan paku-paku yang baru. Ia pun menerima nasihat dari gurunya dan bersedia melakukannya.

Keesokan harinya, ia kembali dipanggil oleh sang guru di sekolah, dan ditanya, “dari kemarin sampai pagi ini sudah berapa buah paku yang engkau tancapkan di atas balok kayu itu?” Ia menjawab, “dua puluh, guru” jawabnya sambil menunduk malu. Dalam hati ia menyadari, ternyata hampir setiap satu jam ia marah kepada orang lain. Sang guru pun tidak berkomentar apa-apa, dan memintanya untuk kembali lagi minggu depan serta berpesan untuk terus melanjutkan kegiatan itu.

Satu minggu berlalu dan saatnya sang guru memanggilnya kembali. Dengan wajah berseri-seri, ia menghadap kepada gurunya dan berkata “terima kasih guru, karena nasihat yang guru berikan, yang tadinya satu hari saya menancapkan 20 buah paku, pelan-pelan mulai berkurang, dan dari kemarin hingga pagi ini saya sama sekali tidak menancapkan paku lagi”. Dan sang guru pun menjawab “bagus sekali nak. Kalau begitu, tugasmu selanjutnya adalah, setiap kali engkau berhasil menahan amarahmu, maka cabutlah satu paku yang engkau tancapkan sebelumnya. Setiap hari seperti itu, nanti engkau boleh kembali lagi setelah engkau berhasil mencabut semua paku di balok kayu itu”.

Hari demi hari berlalu, berganti minggu dan beberapa bulan kemudian murid itu pun kembali menghadap gurunya dengan wajah yang berseri-seri tetapi penuh dengan rasa penasaran. “Guru, saya telah mencabut semua paku seperti yang guru nasihatkan, setiap kali saya bisa mengendalikan amarah saya, dan saat ini semua paku sudah berhasil saya cabut” lapornya. “.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved