Pilkada Serentak 2020
25 Paslon Lawan Kotak Kosong di Pilkada 2020, Paslon Tunggal Jadi Strategi Baru Pemenangan
Dengan bertambahnya 3 bakal paslon mendaftar di tiga kabupaten/kota, maka ada 25 kabupaten/kota yang berpotensi menggelar pilkada dengan calon tunggal
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Dewi Agustina
"Sedangkan jumlah bakal pasangan calon wali kota dan wakil wali kota sebanyak 101," paparnya.
Berdasarkan gender, ada sebanyak 1.321 laki-laki dan 155 perempuan yang menjadi bakal calon.
Sedangkan jumlah bapaslon bakal pasangan calon bupati dan wakil bupati bakal pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang diusulkan partai politik atau gabungan partai politik sebanyak 647.
"Sisanya jumlah bakal pasangan calon bupati dan wakil bupati/ bakal pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang melalui jalur perseorangan sebanyak 66," beber Ilham.
Setelah tahapan perpanjangan pendaftaran bakal paslon, KPU provinsi, KPU kabupaten/kota akan melakukan verifikasi dan pemeriksaan kesehatan terhadap bakal paslon diterima pendaftarannya.
"Untuk bakal pasangan calon yang tidak dapat diterima pendaftarannya agar tetap menjaga kondusivitas situasi dan mengikuti peraturan perundangan-undangan yang berlaku," kata Ilham.
Terus Meningkat
Terkait daerah dengan paslon tunggal dalam pelaksanaan Pilkada, KPU mengakui setiap tahun jumlahnya terus mengalami kenaikan.
"Benar ada kecenderungan (terus meningkat)," ujar Ilham.
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mencatat, pada Pilkada 2015 ada tiga paslon tunggal di tiga daerah. Lalu pada Pilkada 2017 ada sembilan paslon tunggal di sembilan daerah.
Kemudian pada Pilkada 2018 jumlahnya naik menjadi 16 paslon tunggal di 16 daerah.
Jika 25 bakal paslon tunggal nantinya memenuhi syarat, maka akan ada 25 paslon tunggal di Pilkada 2020.
Baca: Pasangan Said - Wahyu Lawan Kotak Kosong di Pilkada Boyolali 2020
Peneliti Perludem, Heroik Pratama mengatakan, ada sejumlah faktor yang mempengaruhi terus naiknya jumlah paslon tunggal.
Namun, salah satu yang perlu dicermati adalah ada kecenderungan keberadaan paslon tunggal menjadi strategi pemenangan.
"Pasalnya ada di beberapa daerah yang paslon tunggal itu didukung hampir 100 persen kursi di DPRD," tutur Heroik.