Senin, 29 September 2025

Ramadhan di Luar Negeri

Setiap Ramadhan Ada Tradisi Lampu Fanous di Mesir

Ramadhan di Mesir sangat berbeda di banding hari-hari biasa, hal ini bisa terlihat dengan keadaan masyarakat Mesir sangat antusias

Editor: Widiyabuana Slay

TRIBUNNEWS.COM - Ramadhan di Mesir sangat berbeda di banding hari-hari biasa, hal ini bisa terlihat dengan keadaan masyarakat Mesir sangat antusias dalam menyambut Ramadhan. Di mulai dengan menghiasi jalan-jalan atau di depan apartemen dengan lampu Fanous, yang dijual di jalanan atau di toko-toko dan emperan toko kelontong.

Dahulu lampu Fanous sering digunakan sebagai lampu penerang jalan menuju masjid atau berkunjung ke rumah handai taulan saat malam hari. Konon awal mula lampu Fanous saat masyarakat mesir berbondong-bondong membawa lampu tersebut menyambut kedatangan Khalifah Muiz Lidinillah pada masa dinasti Fathimiyah pada tanggal 5 Ramadan 358 Hijriah. hingga sekarang, pemasangan lampu fanous ini menjadi tradisi masyarakat Mesir, bahkan semakin ramai.

Selain itu suasana semakin terasa ketika bulan Ramadhan tiba, masjid-masjid lebih penuh dari sebelumnya, masyarakat sangat berantusias untuk melakukan shalat lima waktu berjamaah dan shalat tarawih.

Dalam shalat tarawih pun masyarakat dibebaskan untuk memilih masjid sesuai dengan pilihannya, karena ada dua pilihan yaitu shalat tarawih 20 raka’at atau 8 rakaat dan durasi waktunya pun berbeda-beda ada yang 1 jam, 2 jam, bahkan 3 jam.

Dalam shalat tarawih dapat menghabiskan ½ juz, 1 juz, 2 juz , bahkan ada juga yang sampai 3 juz Al-Qur’an dalam 1 malam seperti di masjid al-Asyraf, Muqattam yang merupakan shalat Tarawih terlama di Kairo yaitu selesai pukul 00.30.

Di kawasan Hay Asyir, ada masjid Assalam kawasan Nasr City, Hay Asyir merupakan tempat favorit masyarakat Mesir dan mahasiswa asing termasuk Indonesia di kawasan itu, karena di samping dekat dengan tempat tinggal para mahasiswa, juga dapat menghabiskan 1 juz atau 1 juz ¼ Al-Qur’an setiap malam dan shalat tarawih di sana berdurasi 2 jam.

Selain masjid Assalam ada juga masjid Ar-Rahman di Swesery B, kawasan Hay Asyir Juga, menjadi masjid pilihan mahasiswa Indonesia selain bacaan surat berkisar ½ atau ¼ juz Al-Qur’an juga diimami oleh salah satu mahasiswa asal Indonesia yang memiliki hafalan Al-Qur’an banyak.

Pada saat buka puasa masyarakat di sana akan disuguhi buka bersama dengan istilah “Maidah Rahman” (Ma’idah; hidangan Rahman; Tuhan) yaitu hidangan makanan setiap kali berbuka. Dengan berbagai jenis makanan khas mesir, atau makanan khas Arab, seperti nasi Hadromut, Kabab, kuftah, dan masih banyak lagi.

System pembagiannya pun berbeda-beda, ada yang khusus untuk mahasiswa asing, dengan cara take away, seperti kawasan hay sabi’ dan hay tsamin. ada juga dengan cara mendatangi masjid atau tenda-tenda dadakan yang diletakkan di posisi-posisi yang strategis untuk masyarakat untuk berlalu lalang atau sedang di perjalanan seperti di kawasan Hay Tasi’, Swesery B, dan Saqar Qurays.

Kita juga sangat berterima kasih kepada para dermawan Mesir yang sangat memperhatikan para mahasiswa asing yang belajar di Mesir. Apalagi dalam menyambut bulan Ramadhan banyak sekali bantuan-bantuan (musa’adah) yang diterima oleh para mahasiswa baik berupa uang atau sembako untuk para mahasiswa dan fakir miskin di sana.

Hampir 90 persen penduduk Mesir beragama Islam, sisanya Kristen dan yang mendominasi adalah Kristen Koptik. Dan saya sangat merasakan toleransi, kebebasan dalam beragama di Mesir ini, ini bisa di rasakan oleh dua belah pihak baik Muslim atau non-Muslim, kita bebas beribadah di mana saja selagi tempat itu suci, tidak ada intimidasi dalam melakukan ibadah.

Banyak sekali kebiasaan yang jauh berbeda pada saat di Mesir ini, suasana Ramadhan lebih ramai dan hidup di banding saat Idul Fitri, tidak heran kita jika melihat di bis, di gardu-gardu polisi, di toko-toko di kantor-kantor orang-orang membaca al-Qur’an, mulai dari anak-anak, orang tua, polisi dan satpam, semuanya berlomba-lomba dalam membumikan al-Qur’an.

Dan pada malam harinya mereka berbondong-bondong ke masjid untuk shalat tarawih dan I’tikaf. adapun pada saat idul fitri setelah shalat Id tidak ada aktivitas lain kecuali berkumpul di rumah mereka masing-masing dan suasana kota kairo sangat sepi penduduk. Hal ini sangat berbeda dengan di Indonesia nuansa Idul Fitri sangat kental, dapat kita lihat ada budaya mudik ke kampung halaman, ziarah dan silaturrahim ke sanak famili, ataupun tamasya ke tempat rekreasi.

Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) biasanya mengisi Ramadhan dengan berbagai bentuk kegiatan seperti; Daurah Ramadhan (sejenis seminar), buka bersama antar Ooganisasi mahasiswa, atau bersama dengan para lokal/home staf KBRI Kairo, selain itu mereka juga kadang melakukan tarawih keliling (Tarling) ke masjid-masjid di seluruh penjuru Kairo.

Dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa ataupun KBRI Kairo ini kadang mengundang orang luar termasuk orang Mesir sendiri, mereka kadang dijamu dengan makanan khas Indonesia dan mereka sangat menikmatinya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan