Eksklusif Tribunnews
Cerita Arief Mughni, Mahasiswa Indonesia Berpuasa di Mesir Saat Pandemi Covid-19
Arief Mughni (23), Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir menceritakan pengalaman menarik berpuasa di Kota Kairo, Mesir.
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Arief Mughni (23), Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia di Mesir menceritakan pengalaman menarik berpuasa di Kota Kairo, Mesir.
Menurut ceritanya, bulan Suci Ramadan di Mesir disambut meriah oleh masyarakat.
Di bulan Ramadan, aura-aura negatif yang ada sebelum Ramadan tiba hilang. Orang-orang baik sangat
terlihat, lantaran tak ada lagi yang teriak-teriak dan mudah marah di bulan Ramadan.
Arief, sapaan akrabnya, sedikitnya telah lima tahun berada di Mesir.
Ia menapakkan kakinya di tanah Mesir pada tahun 2015 sebagai seorang mahasiswa.
Arief kini tinggal di Kairo, merampungkan studi S1 jurusan Aqidah dan Filsafat di Fakultas Ushuluddin.
Arief bercerita, jam berpuasa di Kairo sedikit lebih lama dibanding di Indonesia.
Baca: Pengeloka Taman Safari Kesulitan Memenuhi Kebutuhan Pakan Hewan, Satwa pun Dipaksa Puasa
Baca: Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar, Berikut 5 Amalan Sunah di 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
"Puasa dari pukul 03.20 CLT (Cairo Local Time) sampai dengan 18.41. Dan biasanya setiap harinya
akan berubah subuh lebih cepat dan maghrib akan lebih lama," cerita Arief kepada Tribun.
Suasana Bulan Suci Ramadan di Indonesia dan Mesir kurang lebih hampir sama. Karena di Mesir
suasana bulan Ramadan mirip-mirip di Indonesia.
Mungkin yang sedikit berbeda, lanjut Arief bercerita, di Mesir orang-orang baik sangat kelihatan ketika Bulan Suci Ramadan tiba.

"Seakan sebelum bulan Ramadan, jika ada aura-aura negatif, di bulan Ramadan semua kelihatan positif.
Banyak yang membagikan ta'jil (Buka Puasa), banyak juga yang berinfak, bahkan tidak jarang
mahasiswa mahasiswi kita diberikan uang santunan berupa uang tunai," terang Arief.
Aura negatif yang dimaksud Arief di sini yaitu kondisi sebelum bulan Ramadan. Tak jarang dirinya
melihat banyak orang yang teriak-teriak, banyak yang cepat marah dan lain sebagainya. "Alhamdulillah
di bulan Ramadan, semua terlihat adem dan tenang," kata Arief menjelaskan.
Kebiasaan masyarakat Mesir merayakan bulan suci Ramadan dengan menggantung lampu di teras-
teras rumah. Sehingga bulan Ramadan selalu berlangsung meriah dengan warna kelap kelip lampu
yang bermacam-macam di rumah-rumah warga, yang biasa dinikmati Arief.
Selain itu, di bulan Ramadan, warga Mesir biasanya menyediakan makanan di meja-meja dekat dengan
masjid atau tempat keramaian. Makanan-makanan tersebut disediakan gratis untuk berbuka puasa.