Ramadan 2025
Penulisan Mushaf Nusantara Catat Rekor MURI, Menteri Agama: Kaligrafi Membawa Keberkahan
Kementerian Agama mencatatkan dua rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam gelaran Penulisan Mushaf Nusantara.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Agama mencatatkan dua rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam gelaran Penulisan Mushaf Nusantara.
Rekor tersebut, yaitu Penulisan Mushaf Al-Qur’an secara Serentak oleh Kaligrafer Terbanyak yang melibatkan 365 kaligrafer se-Indonesia (juara MTQ), dan Mushaf Al-Qur’an dengan Corak Iluminasi Nusantara Terbanyak sebanyak 106 corak.
Baca juga: Cara Akses Master Mushaf Al-Quran Siap Cetak dari Kemenag Gratis
Penghargaan itu diserahkan secara simbolis oleh Manager Senior MURI, Priyono kepada Menteri Agama Nasaruddin Umar dan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Abu Rokhmad.
Nasaruddin mengatakan, mushaf Al-Qur’an bukan sekadar karya seni, tetapi juga memiliki nilai sakral.
"Goresan kaligrafi yang diabadikan pada momen ini membawa berkah di bulan suci Ramadan. Kaligrafi bersumber dari sebuah titik. Segala sesuatu bermula dari titik dan akan kembali kepada titik," ujar Nasaruddin melalui keterangan tertulis, Kamis (20/3/2025).
Baca juga: Mushaf Al-Qur’an Isyarat Ramah Disabilitas akan Diterbitkan Dalam Versi Cetak
Ia mengaitkan kaligrafi dengan sumpah pertama dalam Al-Qur’an, yaitu Nun, wal Qalami wa ma Yasturun.
Dirinya menjelaskan bahwa tiga unsur tersebut nun (botol tinta), qalam (pena), dan yasturun (lembaran) merefleksikan prinsip pencatatan dalam ajaran Islam.
"Mengandung makna bahwa ilmu, hikmah, dan hakikat tersembunyi dalam satu titik kecil yang bisa membuka pemahaman luas tentang Islam. Maka wajar kalau apa yang dilakukan hari ini dianugerahi sebuah rekor MURI,” katanya.
Penulisan Mushaf Nusantara menjadi bagian dari peringatan 40 tahun Lemka yang telah melahirkan banyak maestro kaligrafi di Indonesia dan dunia.
Selain itu, program ini bertujuan memberdayakan para juara Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dalam meningkatkan literasi baca tulis Al-Qur’an di Indonesia.
Penulisan mushaf berlangsung serentak di 30 provinsi dalam waktu 10 jam. Di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jakarta, kegiatan ini diikuti 35 kaligrafer dari Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Mushaf ini mengikuti standar Mushaf Kemenag Indonesia yang berpedoman pada rasm Utsmani.
Setiap peserta menulis pada lembaran berornamen, dengan 310 orang menulis dua halaman dan sisanya satu halaman. Setiap halaman terdiri atas 15 baris teks.
Penulisan ayat suci menggunakan Khat Naskhi, yang dikenal sederhana, jelas, dan mudah dibaca.
Sementara itu, judul serta keterangan surah ditulis dengan khat khusus yang juga berfungsi sebagai elemen dekoratif dalam mushaf.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Abu Rokhmad menjelaskan, kegiatan ini mencerminkan semangat keislaman, kebersamaan, dan keindahan seni dalam Islam.
"Kaligrafi memiliki peran penting dalam dakwah Islam. Sejak awal penyebaran Islam di Nusantara, seni kaligrafi telah menjadi media yang tidak hanya memperindah, tetapi juga menginternalisasi pesan-pesan Al-Qur’an ke dalam kehidupan umat Islam,” ungkapnya.
Menurut Abu, Mushaf Nusantara menjadi bukti bahwa seni Islam terus berkembang di Indonesia dengan menyesuaikan pada nilai-nilai lokal tanpa kehilangan esensinya.
Selain itu, mushaf ini tidak hanya unik dalam teknik penulisannya yang cepat dan kolaboratif, tetapi juga dalam iluminasi yang menghiasi setiap halamannya.
Setiap pola, warna, dan motif dalam iluminasi mushaf ini menyampaikan pesan persatuan dalam keberagaman.
Hal ini, imbuhnya, sejalan dengan spirit Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, yang mengutamakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Mushaf ini menampilkan 106 corak iluminasi yang mencerminkan keberagaman budaya dari 38 provinsi di Indonesia. Iluminasi tersebut bukan sekadar ornamen, tetapi juga menjadi simbol estetika Islam yang berkembang dalam sejarah peradaban Nusantara,” kata Abu.
Ia berharap, Mushaf Nusantara dapat menjadi referensi bagi dunia Islam, sekaligus menunjukkan identitas Indonesia yang mampu memadukan Islam dengan budaya lokal.
Lebih dari itu, Abu Rokhmad berharap mushaf ini dapat menginspirasi generasi muda untuk semakin mencintai Al-Qur’an, baik dalam aspek bacaan, pemahaman, maupun pelestarian seni kaligrafi Islam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.