Misteri Maut di Jurang Klampok
Sukari (35), warga sekitar, kawasan Jurang Klampok ibarat momok menakutkan bagi pengguna jalan.
Editor:
Gusti Sawabi
TRIBUNNEWS.COM - Sukari (35), warga sekitar, kawasan Jurang
Klampok ibarat momok menakutkan bagi pengguna jalan. “Sudah banyak
sekali nyawa melayang sia-sia di sekitar jembatan Jurang Klampok,”
ucapnya seperti dilansir Surya, Senin (7/3/2011).
Kecelakaan maut kembali terjadi di Jalan Raya Jurang Klampok, Desa Pamotan, Kecamatan Dampit, Malang, yang terkenal sebagai jalur tengkorak alias jalur mematikan. Hari Senin (7/3) pagi, enam orang terlempar ke kawasan jurang Klampok setelah diseruduk truk fuso yang melaju tak terkendali seperti jalannya orang mabuk.
Enam orang nahas itu, dua di antaranya mengendarai sepeda motor Honda GL Max ditemukan tewas. Sedangkan empat orang lainnya di dalam mikrolet secara ajaib selamat tanpa luka berat, meskipun terlempar ke jurang sedalam sekitar 15 meter.
Mereka hanya mengalami luka ringan, seperti lecet-lecet dan mengeluhkan kepala pusing karena terbentur bodi mobil. Kendati tetap sadarkan diri selama dirawat di Puskemas Dampit, namun kondisi mereka masih shock.
Keempat korban selamat itu bernama Bangun Santoso, 47 (sopir mikrolet), warga Jalan Kolonel Sugiono, Kelurahan Mergosono, Kota Malang, Samsuni (57), Mujiati (37), dan Mariam (35), ketiganya warga Karangbesuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, yang merupakan penumpang mikrolet.
Sementara itu, kedua pengendara sepeda motor yang tewas yakni Abdul Malik (32), warga Jl Untung Suropati RT 15/RW 02, Desa/Kecamatan Pagelaran, dan yang dibonceng, Bunyani (50), warga Desa Putat Kidul, Kecamatan Gondanglegi, Malang. Keduanya tewas karena bersama sepeda motornya GL Max nopol N 5492 FH terlempar dari jembatan kemudian tercebur ke jurang Klampok sedalam 15 meter. Identitas mereka baru diketahui sekitar enam jam kemudian. Tak ditemukan identitas di lokasi kejadian karena dompet mereka hilang. Kemungkinan, dompet itu terlempar sewaktu keduanya terjatuh. Namun, uang Rp 3 juta selamat dan ditemukan di saku Bunyani. Identitas kedua pengendara GL Max itu akhirnya diketahui, setelah ada warga mengenali.
Korban tewas di lokasi kejadian adalah Bunyani setelah tubuhnya diperkirakan tertindih pembatas jembatan yang jebol dan terjatuh ke jurang. Sedang Abdul Malik, tewas dalam perjalanan ke Rumah Sakit (RS) Bokor. Punggung korban terluka parah karena diduga tertancap besi pembatas jembatan sebelum terlempar ke jurang. Penyebab kedua korban tewas, karena mengalami luka parah, juga lambannya pertolongan. Itu karena lokasi kejadian sangat sulit dijangkau tim evakuasi dan baru dilakukan pertolongan beberapa jam setelah kejadian.
Sedang, yang menyebabkan para penumpang mikrolet selamat kendati mobilnya terjatuh ke jurang karena mereka tak sampai terlempar keluar mobil. Saat mobil terperosok ke jurang dan berhenti di dasar sungai, para penumpang masih berada di dalam mobil. Tak lama kemudian, mereka berusaha keluar sendiri dari mobil. Selanjutnya, mereka dilarikan ke Puskesmas Dampit.
Sopir mikrolet AG (jurusan Terminal Arjosari-Terminal Gadang), Bangun Santoso, mengaku tak sempat berbuat apa-apa setelah mikroletnya terseruduk Fuso. Sebab, seingatnya ia hanya mendengar suara brak dari belakang. Setelah itu, tiba-tiba mobilnya sudah berada di dasar sungai, yang ada di bawah jembatan. Untungnya, air sungai cukup dangkal, sehingga tak sampai menenggelamkan mobil mikrolet dengan nopol N 1674 UB.
“Setelah mendengar suara brak, saya sempat melihat dari kaca spion. Namun, setelah itu saya tak tahu lagi apa yang terjadi. Tahu-tahu, kami sudah ada di sungai (jurang),” ungkap Santoso yang mengalami lecet-lecet dan pipi kiri lebam.
Siang itu, Santoso yang mengaku sopir cadangan mendapat carteran seharga Rp 250.000 untuk mengantarkan tiga penumpangnya, takziah ke Lumajang. Yakni, Samsuni, Mujiati, dan Mariam, yang sama-sama mengalami luka lecet dan kepalanya pusing karena terbentur bodi mobil. Santoso mengisahkan kecelakaan karambol itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Penyebab awalnya karena truk Fuso yang bermuatan 15 ton semen melaju tak terkendali. Saat menuruni jalan yang menikung tajam, truk yang melaju dari arah Kecamatan Turen itu mendadak tak bisa memfungsikan rem. Padahal, Agus M Choirul (38), sopir truk Fuso nopol N 9423 UG itu mengaku sudah berusaha mengerem. Namun, rem tak mampu menahan laju truk yang mengangkut semen dengan melebihi muatan itu.
Akibatnya, pria asal Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang itu langsung panik ketika laju truknya mulai tak terkendali sewaktu akan melewati jembatan, yang juga menurun tajam. Lebih panik lagi, di depannya banyak kendaraan, baik satu arah maupun dari arah berlawanan. Karena tak ada pilihan lain, Agus membanting stir ke kanan karena khawatir menabrak pembatas jembatan pada sisi kiri.
Karena laju truknya memakan separo lebih badan jalan, sehingga menabrak sepeda motor Yamaha Mio, yang melaju dari arah berlawanan (timur). Namun, versi kepolisian, truk Fuso itu menabrak Mio yang sama-sama melaju dari arah barat. Akibatnya, sepeda motor Mio nopol N 5817 ZO yang dikendarai Angga Firmansyah (21), warga Labruk Lor, Lumajang itu langsung terjatuh setelah sempat tersenggol bodi belakang Fuso. Angga dilarikan ke Puskemas Dampit karena mengalami luka lecet.
Sesaat setelah menyenggol Mio, laju Fuso itu kembali pada jalurnya. Namun, karena kecepatannya masih tinggi, sehingga truk yang melaju dari barat itu kembali menabrak mobil mikrolet yang melaju searah. Karena diseruduk Fuso, mikrolet AG yang disopiri Santoso itu langsung melaju kencang dan tak terkendali. Karuan mikrolet itu menotol sepeda motor Honda GL Max, yang ada di depannya. Karena tekanannya sangat kuat, menyebabkan mikrolet dan GL Max sama-sama tercebur ke jurang, yang berada di bawah jembatan. Sebelumnya, mikrolet dan GL Max itu sempat menerobos pembatas jembatan hingga patah.
Kendati sudah menabrak banyak kendaraan, namun kecelakaan beruntun itu belum berakhir. Kali ini laju Fuso kembali tak terkendali. Kemungkinan sopirnya sengaja membanting ke kanan dengan maksud menghindari korban lebih banyak. Namun, di luar dugaan, dari arah berlawanan muncul Colt Diesel nopol N 8119 UD dan mobil Panther nopol N 1343 DN. Akibatnya, kedua mobil itu sempat tersenggol, hingga menyebabkan bodinya pesok. Sedangkan Sutikno (39), sopir Colt Diesel asal Desa Ringinsari, Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan Madiono (31), sopir Panther asal Desa/Kecamatan Sumberpucung ini sama-sama mengalami lecet.