Berapa Banyak Gunung Api di Flores?
Tahukah kita berapa banyak gunung api di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur? Tahukah kita bagaimana proses terbentuknya?
Editor:
Paulus Burin

Laporan Wartawan Pos Kupang, Novemy Leo
TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Tahukah kita berapa banyak gunung api di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur? Tahukah kita bagaimana proses terbentuknya gunung api, apa itu gunung api, jenis, tanda-tanda gunung api akan meletus dan tipe letusan serta bahayanya?
Pasti banyak dari kita yang belum mengetahui hal itu. Mulai hari ini, akan disarikan tulisan mengenai seluk beluk gunung api. Selamat membaca.
Pulau Flores yang berada di NTT adalah pulau yang sangat menakjubkan. Secara administratif, pulau ini terbagi dalam delapan kabupaten, yaitu Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Nagekeo, Ende, Sikka, dan Flores Timur. Sedikit ke Timur pulau ini berdampingan dengan Pulau Alor dan Lembata.
Di Flores, kita bisa menikmati berbagai tempat wisata alam, budaya, religius yang menarik di sana. Kita juga bisa berenang di danau dan air terjun alami, atau mendaki terbing terjal, bukit dan gunung. Pulau Flores yang membentang sepanjang 450 km ini menciptakan bukit‑bukit membentuk huruf V yang indah.
Wisatawan yang datang ke Flores pasti akan tercengang melihat begitu banyak deretan bukit dan gunung di sepanjang wilayah itu. Tak jarang mereka tercengang karena melihat ada sejumlah bukit atau gunung yang mengeluarkan kepulan asap. Padahal itu bukan bukit berasap melainkan gunung api.
Data nasional menyebutkan ada sekitar 13 buah gunungapi di Flores. Padahal jumlahnya bisa lebih dari itu, karena ternyata banyak gunung api di Flores yang belum terdata seperti Gunung api Hobel dan Gunung Sarong Gong.
Gunung api di Flores itu, antara lain Gunung Egon setinggi 1.703 meter yang berada di Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, pernah aktif tahun 2006 dan 2009.
Gunung Anak Ranaka di Kabupaten Manggarai, setinggi 2.247,5 meter, pernah meletuskan tanggal 28 Desember 1987.
Gunung api Lewotobi laki setinggi 1.548 meter di Kabupaten Flotim yang meletus pertama kali tahun 1932 dan terakhir tahun 2003. Serta Gunung api Lewotobi Perempuan di Kabupaten Flotim setinggi 1.703 meter. Gunung api Ile Ape di Kabupaten Lembata.
***
Proses pembentukan gunung berlangsung menurut skala tahun geologi, yaitu berkisar antara 45-450 juta tahun yang lalu. Gunung terjadi karena adanya proses gaya tektonik yang bekerja dalam bumi yang disebut dengan orogenesis dan epeirogenesis.
Dalam proses orogenesis ini sedimen yang terkumpul menjadi berubah bentuk karena mendapat gaya tekan dari tumbukan lempeng tektonik.
Sedangkan dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang membentuk benua yang bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini juga disebut gerakan radial karena gerakan mengarah atau menjauhi titik pusat bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga prosesnya lebih lambat dibandingkan dengan proses orogenesis.
Sedangkan gunung api terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua; busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Gunung api ini terjadi karena planet bumi mempunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunung api.