Sabtu, 6 September 2025

Jembatan Tenggarong Ambrol

Kisah Cinta Calon Pengantin Berakhir di Jembatan Kukar

Kisah cinta dua sejoli Murdiono (24) dan Watila Triwarni(24), berakhir bersama ambruknya Jembatan Kutai Kertanegara

Editor: Harismanto
zoom-inlihat foto Kisah Cinta Calon Pengantin Berakhir di Jembatan Kukar
Tribun Kaltim/ist
Murdiono (24) dan Watila Triwarni (24), yang sedianya akan menikah, turut jadi korban ambruknya Jembatan Kukar

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sungguh Tragis kisah cinta dua sejoli Murdiono (24) dan Watila Triwarni (24). Janji sehidup sehidup semati yang seharusnya terucap tidak lama lagi, harus didahului bukti, mereka mati bersama di ambruknya Jembatan Kutai Kertanegara, Sabtu (26/11/2011).

Kisah tragis ini bermula ketika Dion dan Tila, nama sapaan akrab mereka, akan berangkat ke kerumah Tila di Desa Makarti Km 78/44 jalan poros Samarinda-Bontang kecamatan Merang Kayu. Maksud keberangkatan kedua insan ini untuk memberitahukan kepada keluarga Tila bahwa esok hari, Minggu (27/11/2011) pihak keluarga Dion akan datang melamar Tila sekaligus meresmikan pertunangan mereka.

"Saya sudah ada firasat, saya sudah bilang ke Dion supaya berangkat bersama pihak keluarga lelaki hari Minggu. Tetapi dia (Dion) bersikeras berangkat duluan, sebelum berangkat dia sempat singgah ke rumah kakaknya," kata Suyatno, ayah Dion ketika ditemui di RS Parikesit, Selasa (29/11/2011).

Firasat buruk itu terus menghantuinya, komunikasi terus berlangsung selama Dion dan Tila berangkat ke Desa Makarti. Sampai pada sabtu sore, ia menghubungi Dion dan diberitahu posisi sedang terjebak macet di tengah Jembatan kutai Kertanegara dan tiba-tiba komunikasi terputus. Dan disinilah menurutnya petaka itu terjadi.

"Saya sudah tidak tenang tidak tahu kenapa, saya hubungi dia (Dion) bilang sedang terjebak macet di Jembatan Kutai kertanegara . Tiba-tiba telepon terputus, saya hubungi lagi sudah tidak masuk. Nomor handphone Tila juga tidak bisa dihubungi, saya sudah kesal ada apa dengan anak berdua ini, tengah berbicara dengan orangtua apalagi tentang rencana lamrannya kenapa diputus. Lalu saya dengar Jembatan ambruk, saya langsung ke rumah kakaknya dan kakaknya membenarkan bahwa mereka baru saja berangkat dan kemungkinan besar terikut di jembatan. Tetapi saya tidak mau berpikiran buruk dan menunggu dengan anggapan mereka masih konsentrasi dijalan sehingga handphone tidak diaktifkan," katanya.

Namun hingga malam ditunggu, kabar itu tak kunjung datang dan handphone tidak juga aktif. Hingga Selasa pagi, hari dimana dimana jenazah Dion dan tila ditemukan, ia masih menjauhkan pikiran buruk tentang anaknya. Hingga akhirnya pihak keluarganya mengajaknya kerumah sakit untuk mengidentifikasi jenazah Dion.

"Sebenarnya pikiran kearah terjadi sesuatu sudah ada. Tetapi saya buang jauh-jauh hingga keluarga mengajak saya kerumah sakit untuk melihat jenazah. Saya sudah mempersiapkan hati saya selama empat hari ini. Anggapan ini semua adalah rencana Tuhan yang mebuat saya tegar. Saya sudah terima kenyataan ini, sekarang saya hanya berdoa supaya amal ibadah anak saya diterima yang Maha kuasa," katanya.

Menurutnya, perkenalan Dion dan Tila belum berlangsung lama. Perkenalan terjadi di Bontang ketika Dion mengerjakan sebuah proyek rumah walet dan bertemu dengan Tila. Pembicaraan serius terkait pernikahan belum pernah diutarakan Dion hingga akhirnya dengan tiba-tiba ia mengutarakan akan melamar Tila dalam waktu dekat.

"Kalau bertanya iseng saya sudah sering, tapi dijawab iseng juga. Tiba-tiba Dion bilang mau melamar, hari Minggu. Saya terkejut sekaligus senang. Saya langsung hubungi keluarga disini untuk berangkat melamar minggu, lalu pesan bus seharga Rp 400ribu. Kita pihak lelaki sudah siap berangkat Minggu," katanya.

Pihak keluarga sudah mengiklhaskan kepergian Dion, terkait rencanya pernikahan yang sebenarnya akan diadakan tidsa lama lagi, Suyatno beranggapan bahwa ini semua sudah rencana Tuhan dan yang terbaik buat anaknya.

"Mereka tidak bisa berjodoh di dunia, setidaknya bukti bahwa mereka akan sehidup semati yang seharusnya disaksikan dalam akad nikah, bisa dilihat langsung oleh kedua belah pihak keluarga hari ini. Mereka mati bersama, ditemukan bersama olehTIM SAR, hanya kebersamaan mereka di kehidupan berakhir di ambruknya Jembatan Kutai kertanegara," katanya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan