Selasa, 7 Oktober 2025

Setiap Hari 100 Pampers Hambat Saluran Irigasi

Setiap pagi ada kalau 100 pampers bekas yang numpuk dan menutupi saluran irigasi ke sawa

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Setiap Hari 100 Pampers Hambat Saluran Irigasi
TRIBUN JOGYA
Sunardi menunjukkan aliran bendung tegal yang menjadi andalan irigasi bersih para petani di Kabupaten Bantul.

TRIBUNNEWS.COM BANTUL, - Perilaku membuang sampah sembarangan ternyata masih menjadi persoalan yang hingga saat ini sulit ditanggulangi. Terbukti, ratusan petani yang tergabung dalam gabungan perkumpulan petani pemakai Air (GP3A) Bantul mengeluhkan tumpukkan sampah yang menghambat saluran irigasi ke lahan pertanian mereka.

"Setiap pagi ada kalau 100 pampers bekas yang numpuk dan menutupi saluran irigasi ke sawah saya . Padahal jarak sawah dengan bendung tegal 7 kilometer. Itu bukti bahwa kesadaran warga dalam membuang sampah sangat parah, karena sembarangan," ujar Ketua Forum Merti Tirto Amartani, Sunardi Wiyono seusai mendeklarasikan gerakan irigasi bersih di Bendung Tegal, Kebonagung, Imogiri, Bantul, Selasa (26/3/2013).

Menurut Sunardi, akibat tersumbatnya aliran irigasi oleh sampah rumah tangga, lahan pertanian pun menjadi tercemar, lebih jauh berimbas pada penurunan hasil panen hingga 40 persen.

"Sampah itu menghasilkan polusi berupa cairan dan padat. Seperti plastik dan limbah laundry. Semua itu beracun, akibatnya produktivitas lahan turun hingga 40 persen," keluhnya.

Lebih lanjut Sunardi mengungkapkan, petani di Kabupaten Bantul adalah yang paling parah menerima imbas dari perilaku buang sampah sembarangan ini. Sebab, menurutnya, tujuh sungai besar yang mengalir melewati Bantul tercemar sampah rumah tangga yang sudah memprihatinkan.

"Kita ini daerah hilir, kalau semua sungai tercemar, sementara sumber utama irigasi adalah dari alliran sungai, maka sawah kita pun akan
turut tercemar," ungkapnya.

Tujuh sungai yang disebut Sunardi adalah sungai Progo, Bedog, Gajah Wong, Code, Oya, Opak dan Winongo.
Melalui pencanangan gerakan irigasi bersih ini, 38 kelompok tani yang tergabung dalam GP3A berharap, masalah sampah lambat laun bisa segera teratasi.

"Kami berharap gerakan irigasi bersih yang kami gagas bersama Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM ini pelaksanaannya bisa dioptimalkan, sehingga bukan hanya gerakan simbolisasi saja," tandas Sunardi.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Jurusan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Bambang Purwantono, mengatakan, acara yang bertepatan dengan perayaan Dies Natalies FTP UGM yang ke-50 ini, sebagai wujud komitmen bersama menjaga air bersih dilingkungan sekitar.

"Dalam gerakan ini tidak hanya sekedar gerakan sesaat, namun juga diharapkan menjadi budaya.  Dimulai gerakan dari keluarga, petani dan akhirnya dapat terus menjaga ketersediaan air bersih," ujarnya.

Lebih lanjut, Purwantono mengatakan, imbas lain dari perilaku buang sampah sembarangan adalah debit air yang terus berkurang serta  penurunan kualitas air. "Akibatnya sedimentasi permukaan sungai lebih cepat terjadi. Contohnya di Bendung Tegal terjadi sedimen setinggi 10 centimeter setiap tahunnya," terangnya.

Menurut Purwantono, salah satu solusinya adalah dengan mendaurulang sampah melalui fasilitas bank sampah. " Dengan dikelolanya sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi, maka sampah-sampah tersebut tak perlu dibuang, diharapkan pencemaran bisa berkurang," katanya.(Yud)

Baca  Juga  :

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved