Rabu, 8 Oktober 2025

Kontroversi Gafatar

Pengakuan Mengejutkan Anak Anggota Gafatar, dari Eksodus Hingga Menyimpang

Wawan sendiri mulanya tak begitu curiga dengan organisasi yang ditumpangi bapak dan kedua kakaknya itu.

Editor: Rendy Sadikin
Tribun Jogja/Khaerur Reza
Markas Gafatar DIY di Taman Kuliner Condongcatur Sleman, No 67, Yogyakarta, sudah kosong sebelum pergantian tahun. Foto diambil pada Senin (11/1/2016). 

Karena kedekatan dengan organisai inilah akhirnya Atik, pada tahun 2014 memutuskan ikut program organisasi eksodus ke Kalimantan.

Dan pilihannya ini akhirnya juga diikuti oleh bapak dan kakaknya.

"Yang berangkat Desember kemarin bapak sama Mas Bambang (beserta istri dan anaknya)," ungkap Wawan.

Wawan sendiri mulanya tak begitu curiga dengan organisasi yang ditumpangi bapak dan kedua kakaknya itu.

Tak ada rasa curiga berlebih di benaknya.

Hanya saja, alasan kakaknya yang bernama Bambang, yang bilang bahwa ia pergi ke Kalimantan untuk mengolah lahan bagi Wawan sedikit ganjil.

"Saya enggak habis pikir, kok mempeng (bersikeras) berangkat ke sana (Kalimantan)," tandasnya. Padahal menurut Wawan, kehidupan keluarga besarnya selama di Yogya sudah lumayan, namun kini justru bapak beserta kakaknya memutuskan babat alas di Kalimantan. "Gak rasional," komentarnya.

Ajaran menyimpang

Ikutnya sebagian Keluarga Bambang ke organisasi Gafatar ternyata juga menjadi perhatian sejumlah tetangga.

Satu warga yang bertetangga dengan keluarga Pak Bambang juga tak habis pikir kenapa sebagian keluarga ini kekeh pergi ke Kelimantan.

"Sama-sama udah tua. Di sini status priyayi (berkecukupan), malah kesana rekoso. Padahal Pak Bambang rela ninggalin istri untuk ikut aliran yang enggak jelas," kata Siti (bukan nama sebenarnya)

Memang Gafatar dalam ajarannya sedikit nyeleneh.

Misalnya dalam salat, kelompok ini tak mengharuskan bagi anggota untuk salat dan berpuasa.

"Ngopo sholat dan poso barang, wong mangan wae wes rekoso malah poso, (Kenapa Salat dan Puasa Segala, Makan saja sudah susah malah puasa-red," tiru Siti atas ucapan Bambang.

Soal urusan salat turut dibenarkan Wawan, ia berujar bahwa ajaran dalam organisasi ini memang sedikit berbeda.

"Memang ibadahnya beda, salatnya enggak. Tapi kan itu urusan masing-masing," terangnya.

Meski ajarannya sedikit nyelneh, Wawan menampik jika organisasi yang ditumpangi bapak dan kedua kakaknya adalah organisasi radikal.

"Gafatar itu gak ada radikalnya," tegasnya.

TRIBUNJOGJA.COM/Usman Hadi

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved