Kontroversi Gafatar
Kejanggalan Pengikut Gafatar: Tak Puasa Ramadan dan Ogah Nikah di KUA
Poniati melihat permintaan aneh Ade Rahmah, calon menantunya yang terdaftar sebagai anggota Gafatar, saat hendak menikahi Sri Wulandari.
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Poniati melihat permintaan aneh Ade Rahmah, calon menantunya yang terdaftar sebagai anggota Gafatar, saat hendak menikahi Sri Wulandari.
Kepada Poniati, Ade sempat meminta agar pernikahannya dengan Wulandari, tak perlu didaftarkan melalui Kantor Urusan Agama.
Ade menawarkan petugas yang menikahkan mereka berdua dari kalangan Gafatar.
Poniati menunjukkan foto putrinya, Sri Wulandari yang menghilang bersama suaminya setelah ikut Gafatar. Foto diambil di rumah Poniati pada Senin (18/1/2016). TRIBUN JAMBI/DEDI NURDIN
"Tapi waktu itu saya tolak karena tidak resmi. Kalau tidak terdaftar di KUA sama saja nikah di bawah tangan. Saya bersikeras akhirnya dia (Ade) menurut," cerita Poniati kepada Tribun Jambi pada Senin (18/1/2016).
Sejak keduanya resmi menjadi suami istri, Poniati melihat keanehan lain di mana menantu dan anaknya terkesan kurang bergaul dengan masyarakat.
Bahkan Ade dan Wulan tak mau hadir jika ada undangan pembacaan surat Yasin ataupun melayat ke tetangga yang meninggal dunia.
"Katanya dia beda alirab, dak boleh anak saya nurut suaminya jiga jadinya, tapi saya tidak ambil pusing waktu itu karna tak tahu," ungkap Poniati.
Sejak menikah dengan Ade Rahman, Wulandari yang tak lagi rajin menunaikan salat lima waktu, bahkan saat bulan puasa keduanya tak puasa maupun mengaji.
"Makan sehari satu kali, ayam, ikan. Kalau saya masak dia (Ade) tidak mau makan. Lauknya cuma sayur, alasannya ada pantangan," sambung Poniati.
Keganjilan juga dirasakan Sunadi, ayah Mardiah yang menghilang bersama suaminya Muhammad, Bendahara Gafatar Jambi.
Selama setahun tinggal satu atap dengan menantunya itu ia tak pernah punya kesempatan untuk sekadar berbincang-bincang.
"Dia bangun jam delapan pagi langsung pergi, katanya ngantor balik pukul 11 malam kami sudah tidur. Alasannya main futsal setiap malam dengan teman kerjanya," kata Sunadi.
Orangtua Mardiah menunjukkan sisa dokumen Gafatar dari tas milik menantunya, Muhammad, suami Mardiah. Sunadi berharap Mardiah kembali ke rumah. Foto diambil pada Senin (18/1/2016). TRIBUN JAMBI/DEDI NURDIN
"Bahkan waktu anaknya lahir sampai dia pergi, tidur dengan saya kakeknya. Dia (Muhammad) tidak pernah mengurus," imbuh Ketua RT 16 Desa Kasang Pudak, Muaro Jambi ini.
Muhammad pun tampak jarang bergaul dengan tetangga. Sunadi paling heran karena Muhammad tak secuil pun menyentuh ayam atau ikan hasil pancingannya.
"Kalau Diah, pas suaminya tidak ada dia makan. Suaminya tidak mau makan ikan yang saya pancing dan masak. Alasannya tidak boleh, tapi kalau yang kasih kawannya sesama Gafatar dia makan juga," ujar Sunadi.
Baca juga: Dua Warga Muaro Jambi Menghilang Setelah Aktif di Gafatar
Pria 64 tahun ini tak tega melihat anak perempuannya hanya makan sekali dalam sehari, itu pun tanpa lauk daging dan parahnya lagi, Diah yang dulu alim dan suka beribadah menjadi berubah.
Diah yang sejak sekolah madrasah rajin salat dan puasa mulai meninggalkan kewajibannya dan segala perubahan itu muncul setelah Diah bergabung dengan Gafatar.
"Mengajipun tidak pernah lagi. Terakhir saya lihat anak saya sebelum dia hilang jilbabnya dilepas, biasanya subuh dia rajin mengaji tapi tidak pernah lagi. Itu yang bikin saya sedih," kata Sunadi.
Mardiah dan Sri Wulandari adalah dua warga Desa Kasang Pudak, Kabupaten Muaro Jambi, yang diduga kuat menghilang ikut bersama suaminya sejak Agustus 2015 lalu.
Hingga kini tak ada kabar dari keduanya, bahkan pihak keluarga berharap pemerintah bisa segera menemukan anggota keluarga mereka.
"Saya berharap supaya anak saya cepat ketemu, kalau bisa tolonglah dibantu anak saya supaya bisa pulang dan kumpul sama keluarga lagi. Kami sudah cari kemana-mana, sudah tanya keluarga tapi tidak ada," kata Sunadi.