Bisnis Rumah Mewah di Kaltim Anjlok
Diperkirakan kondisi ini bisa berlangsung hingga pertengahan 2016.
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Lesunya bisnis tambang batu bara dan migas di Kaltim juga berimbas pada menurunnya penjualan rumah.
Menurut Sekretaris Real Estate Indonesia (REI) Kaltim Bagus Susetyo, penjualan rumah, khususnya untuk kalangan menengah ke atas (rumah mewah) selama 2015 anjlok hingga 60 persen.
Diperkirakan kondisi ini bisa berlangsung hingga pertengahan 2016.
Data Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Balikpapan, sepanjang 2015 lalu investasi di Balikpapan sebenarnya masih didominasi sektor properti.
Bagus memastikan, rumah rumah mewah pada 2016, penjualannya cenderung stagnan, bahkan bisa berlangsung hingga pertengahan tahun ini.
"Saat ini masyarakat tidak mengandalkan industri properti khususnya rumah sebagai investasi, melainkan faktor kebutuhan," ungkapnya, Senin (8/2/2016).
Menurutnya, rumah bagi kalangan menengah ke bawah atau masyarakat berpenghasilan rendah masih banyak dicari karena kebutuhan tempat tinggal murah semakin besar.
Hal itu disebabkan masyakarakat lebih mempertimbangkan kebutuhan ketimbang investasi masa depan.
Tak hanya itu, penurunan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia, juga menolong pihak pengambang.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga ikut turun, maka keinginan masyarakat akan rumah juga besar.
"Adanya penurunan suku bunga, penjualan rumah melalui kredit juga dapat terdongkrak," ujar Bagus.
Data Kantor Perwakilan BI Balikpapan, laju kenaikan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) cenderung melambat.
Hal ini disebabkan laju perekonomian Balikpapan dan sekitarnya sedang mengalami perlambatan.
Hasil survei yang melibatkan 30 pengembang perumahan di Balikpapan tersebut harga properti masih tetap tumbuh seiring perbaikan ekonomi pada 2016.
Laporan realisasi investasi perusahaan yang melapor di Kantor BPMP2T, ada 47 perusahaan lokal dan 11 perusahaan asing.
Dilihat dari dua tahun terakhir investasi yang masuk ke Balikpapan paling banyak sektor perumahan
"Dilihat perbandingan setiap tahunnya, 2015 kemarin, karena ada Instruksi Presiden rumah murah ini banyak banget. Untuk rumah mewah dan menengah berkurang. Rata-rata pengajuannya yang masuk pada izin prinsipnya adalah rumah murah," kata Kabid Pengawasan dan Pengendalian BPMP2T, Gatoet Swi Darmo Eko.
Progres tergantung perusahaan, data-data yang ada masih tentatif. Namun yang paling menggeliat memang bidang perumahan, hotel, dan supermarket.
"Tidak ada yang bisa dibilang menurun, kalau realisasinya kadang perusahaan sudah ada, tapi belum tentu ada laporan. Kalau hotel kebanyakan kelas-kelas melati," kata Gatoet.
Untuk target investasi tetap ada, sesuai peruntukan tata ruang.
"Saat ini tergantung investor, kapan mereka menanam modal. Target tetap ada, susah kalau dilihat, grafiknya naik-turun, kami belum bisa merekap data-datanya," ujar Gatoet.
BPMP2T tetap optimistis, kecenderungan menurun saat ini memang sektor pertambangan dan migas, namun Balikpapan jasanya, dampak pekerjaan orang Balikpapan.
"Imbasnya memang ada, tapi tidak terlalu banyak," kata Gatoet lagi.
Investasi rumah murah kebanyakan berada di wilayah Balikpapan Utara dan Balikpapan Timur.
"Kami tidak tahu mengapa para investor memilih di daerah situ, bisa jadi karena harganya terjangkau. Selain rumah murah, ada juga investor rumah nelayan. Untuk trendnya saya optimistis untuk rumah murah akan meningkat pada 2016," katanya. (ama/dha)