Sabtu, 11 Oktober 2025

Panti Jompo Griya Weda Surabaya, Berguyon Dengan Teman Sebaya Hingga Cinta Bersemi

Ini kali pertama saya saya berlebaran di sini. Enak di sini, temannya banyak. Saat salat Id kemarin kami 'grudukan' ke masjid perumahan bersama-sama,

Editor: Adi Suhendi
Surya/ Monica Felicitas
LANSIA - Para penghuni panti jompo Griya Werda di Jalan Medokan Asri Barat X, Surabaya, Sabtu (9/7/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Suara adzan salat asar terdengar dari ruang rekreasi Griya Werda Surabaya di Jalan Medokan Asri Barat X Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (9/7/2016).

Penghuni panti jompo yang beranggotakan 75 orang terdiri dari 25 pria dan 50 wanita ini melebur menjadi satu untuk berdoa bersama.

Suyati (70), nenek asal Dupak, Surabaya yang sudah lima bulan menjadi lansia binaan Dinas Sosial Kota Surabaya terlihat menghampiri ruang yang bentuknya seperti ruang keluarga ini.

Ia membawa sajadah dan mukena putih untuk ikut melaksanakan salat bersama puluhan temannya sesama lansia.

"Ini kali pertama saya saya berlebaran di sini. Enak di sini, temannya banyak. Saat salat Id kemarin kami 'grudukan' ke masjid perumahan bersama-sama, itu pengalaman yang sangat berkesan buat saya," cerita Suyati kepada SURYA.co.id.

Suyati yang berstatus janda dan tidak mempunyai anak ini, hidup sebatang kara.

Dulu, suami Suyati anggota militer.

"Saya juga nggak punya adik dan kakak, coba kalau punya keluarga nggak di sini," celoteh Suyati seraya tertawa.

Suyati menyebutkan, orang yang membawanya ke tempat ini ialah lurah kampungnya.

"Para tetangga kasihan, terus bilang, kalau nggak ada yang merawat, lebih baik ke Griya Werda saja. Saya langsung mau dan diantar Pak Lurah," ujar Suyati.

Di Griya Werda ini pula, Suyati merasakan kehangatan mempunyai keluarga baru lagi.

"Bisa guyon dengan sebaya saya, mereka baik, semua di sini rukun. Saya juga bisa merasakan makan kue Lebaran, halal bihalal dan mendengarkan ceramah," ujar Suyati.

Hal yang sama juga dirasakan Sumiati yang mengaku lupa berapa umurnya.

Sumiati dulunya merupakan seniman wayang orang di Surabaya.

Tubuhnya yang kurus karena termakan usia, terlihat energik, tidak seperti orangtua pada umumnya.

Sumiati yang suka berbicara itu menceritakan kondisi perasaannya manakala rumah yang ia tempati digusur seseorang yang ia tidak tahu siapa.

"Saya tidak punya anak, hanya ada anak angkat. Saya kangen ingin berkumpul sama mereka, tapi kata anak angkat saya nggak usah, biar saya di sini. Karena mereka juga susah, apalagi kalau saya menumpang," ujar nenek berpakaian berwarna merah muda ini.

Sumiati mengatakan, keakraban para anggota lansia di sini sudah seperti keluarga sendiri.

Apabila salah satu dari mereka dipanggil oleh Tuhan terlebih dahulu, mereka lah yang paling sangat merasa kehilangan, bukan sanak keluarga.

"Di sini saling menguatkan dan menyemangati," ujar Sumiati sambil tersenyum.

Keadaan para lansia ini, rata-rata kembali bersifat seperti anak kecil yang ingin diperhatikan dan ditemani.

Bahkan, ada yang terjadi saling jatuh cinta.

Dalam kesehariannya, setiap pagi para lansia ini diberikan hiburan pagi berupa karaoke maupun senam yang dapat menyegarkan kembali tubuh mereka.

"Kami betah di sini, karena belum tentu juga kalau kami hidup di luar sana bakal terjamin. Di sini kami merasa 'ada' ," imbuh Suyati yang duduk di sebelah Sumiati sambil tersenyum.

Penulis: Monica Felicitas

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved