Kamis, 7 Agustus 2025

Bule Belgia Terpikat Tari Magis Banyuwangi

Memasuki bulan Syawal, suku asli Banyuwangi, Using memiliki ritual unik yang telah berlangsung selama ratusan tahun, yakni Seblang Olehsari.

SURYA
Memasuki bulan Syawal, suku asli Banyuwangi, Using memiliki ritual unik yang telah berlangsung selama ratusan tahun, yakni Seblang Olehsari. 

BANYUWANGI, SURYA- Memasuki bulan Syawal, suku asli Banyuwangi, Using memiliki ritual unik yang telah berlangsung selama ratusan tahun, yakni Seblang Olehsari.

Ritual ini menjadi tontonan yang menarik warga, salah satunya wisatawan asal Belgia.

Jasper, turis asal Belgia, turut hadir dalam perayaan tersebut. Jasper pun ikut menari bersama sang Seblang, usai pengiring Seblang melemparkan selendang merah kepadanya. Jasper spontan menari di atas meja bersama Seblang. Jasper pun turut menari diiringi gending Liliro Kantun.

“Saya merasa sangat bangga berada disini dan bisa menyaksikan langsung tradisi masyarakat yang luhur. Semua orang menyambut kami dengan hangat. Sangat menyenangkan berada disini,” kata Jasper, Selasa (12/7/2016).‎

Kata bule yang baru pertama kali mengunjungi Indonesia ini, sangat terhormat mendapatkan kesempatan memakai selendang sampur dan bisa menari langsung dengan sang Seblang.

Seblang adalah ritual menari dalam kondisi trance (kerasukan). Penarinya harus gadis muda, seorang perempuan yang ditunjuk leluhur melalui mediasi makhluk halus.

Gadis yang telah "ditunjuk" ini akan menari-nari di pentas bundar mengikuti iringan musik tradisional Banyuwangi. Seblang akan menari-nari dengan mata tertutup selama 7 hari berturut-turut, yang biasanya dimulai pukul 14.00 hingga menjelang Maghrib.

Tradisi Seblang yang digelar setiap awal bulan Syawal ini dipercaya ‎bisa menghilangkan mara bahaya dan pagebluk. Kali ini Seblang telah dimulai sejak Jumat (8/7/2016) dan akan berakhir Kamis (14/7/2016).

Untuk tahun ini, sang penari Seblang adalah Fadiyah Yulianti (9) warga setempat. Bocah tersebut melakoni peran Seblang selama dua tahun berturut-turut.

Ketua adat Desa Olehsari Ansori (52) mengatakan Ritual Seblang diawali dengan selamatan di empat titik, dua diantaranya makam sesepuh desa setempat, Ki Buyut Ketut dan Ki Buyut Cili. Ritual Puncak adalah menggiring penari ke arena Seblang, letaknya di pusat desa.

Penari menggunakan mahkota khusus. Warga menyebutnya Omprok. Bahan omprok terbuat daun pisang muda dihiasi berbagai bunga harum.

Setelah sang pawang mempersembahkan sesaji, sang penari mulai kesurupan.

Dengan alunan gamelan khas, penari menari berkeliling arena berbentuk bulat. Dua orang pengiring ikut mendampingi penari.

Selama menari, puluhan gending khusus berbahasa Using dilantunkan oleh para ibu-ibu.

“Ini sudah tradisi turun-temurun. Konon sudah dimulai sejak tahun 1930-an,” kata Ansori.

Ansori menjelaskan, Seblang berarti menghilangkan pengaruh buruk. Karena itu gaya tarian ini membuang tangan ke kanan atau ke kiri.

“Seblang ini kalau ikut bahasa Using singkatan dari Sebele Ilang (hilang sialnya-red). Jadi, biar semua hal yang tidak menyenangkan seperti penyakit dan bala-bala lain yang tidak menyenangkan ini hilang, dan berharap kemakmuran,” ujar Anshori.

Penari Seblang, kata Anshori harus turun temurun. Fadiyah adalah genersi ke 28 dimana penarinya sama dengan tahun sebelumnya.

Di akhir tarian, Seblang akan membagikan bunga yang ditancapkan pada lidi yang biasa disebut dengan Kembang Dermo, yang konon bisa mendatangkan kemakmuran bagi yang memilikinya.

Di hari terakhir, Seblang akan ditutup dengan prosesi Ider Bumi, bersih desa.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan tradisi Seblang merupakan salah satu khasanah tradisi Banyuwangi yang patut untuk dilestarikan. Salah satu caranya dengan menjadikan Seblang sebagai salah satu agenda Banyuwangi Festival setiap tahun.

Menurut Anas, ini juga bagian dari menghidupkan dan mengenalkan potensi desa lebih luas. Agenda festival yang sifatnya tradisi ritual, imbuhnya, tidak harus ditarik ke kota, namun justru harus dilestarikan di desa tersebut.

“Seblang menjadi salah satu contoh kegiatan Banyuwangi Festival yang muncul dari masyarakat. Pemerintah tidak melakukan intervensi apapun terhadap penyelenggaraan budaya ini, karena ini adalah adat tradisi. Kita cukup mendukung infrastruktur sekitar dan melakukan promosi hingga akhirnya tradisi ini mendapatkan perhatian khalayak yang lebih luas,” ujar Anas. (haorrahman)

Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan