Inspiratif, Kisah Mahasiswa Sederhana dari Boyolali Sukses Magang di Kantor Pusat Twitter
Musim panas 2016, Juni sampai September, adalah kali kedua Tri Ahmad Irfan menginjakkan kaki di Negeri Paman Sam.
Menurut dia, selain dua divisi tersebut, Twitter cenderung memilih talenta lokal Amerika.
Irfan sendiri magang sebagai software engineer. Menurut dia, ada beberapa bahasa pemrograman yang sebaiknya dikuasai sebelum melamar magang di Twitter. Masing-masing adalah Java, Javascript, Python, dan C++.
Sementara itu, untuk kemampuan Bahasa Inggris, Twitter tak mewajibkan peserta magang menyerahkan sertifikat Toefl dengan skor tertentu.
"Saya nggak pernah tes Toefl. Pas wawancara mereka sudah bisa lihat apakah kemampuan berbahasa saya sudah cukup atau tidak," Irfan menjelaskan.
Sempat tertinggal
Irfan mengakui bahwa pelajaran kuliah ilmu komputer di Indonesia masih kurang luas. Ia bisa bilang begitu karena ternyata banyak hal yang ia tak ketahui setelah menjadi anak magang Twitter.
Mulanya ia merasa tertinggal dari peserta magang lainnya. Tak ingin menyerah, Irfan bekerja lebih keras untuk menyamai pengetahuan yang dimiliki rekan-rekannya.
"Harus berusaha banget. Nggak bisa berhenti belajar," ujarnya.
Berkat kegigihan itu, ia mengklaim sang layanan bernuansa biru senang dengan kinerjanya saat magang tahun lalu.
Alhasil, ia ditawari kembali magang pada musim panas tahun ini. Saat diwawancara VOA, Irfan baru saja menuntaskan program magang keduanya di Twitter.
"Ini hari terakhir saya, tadi saya ke kantor Twitter untuk presentasi final," ia menuturkan.
Ke depan, Irfan mengatakan belum punya tujuan spesifik. Yang jelas, ia bakal balik ke Indonesia untuk menyelesaikan studinya.
Setelah itu ia masih bingung apakah akan melanjutkan S2, kerja di Indonesia, atau merantau mencari rezeki di negeri Paman Sam. (Kompas.com)