Keluarga Trauma, Anjing Pitbull yang Tewaskan Bocah 8 Tahun Itu Akhirnya Dibawa ke Sini
Mulut anjing terpaksa Imam lakban karena khawatir masih agresif dan dengan kondisi masyarakat sekitar yang masih tidak terima.
Editor:
Hendra Gunawan
“Saya tak tahu bermainnya seperti apa, tiba-tiba saya mendengar neneknya, Sri Hartatik berteriak-teriak. Dia masih memakai mukena tapi mukena itu sudah berlumuran darah,” terangnya.
Diceritakan, Sri Hartatik mendapati cucunya telah telah digigit anjing itu. Sri yang panik berusaha menyiram air ke arah Sapi.
“Karena biasanya kalau disiram air, anjing itu langsung masuk ke dalam kandang. Tapi ternyata tetap menggigit cucunya. Terus anjing itu juga dipukul pakai tangan, tetap saja anjing itu tak melepaskan gigitannya ,” terangnya.
Titin melihat peristiwa itu terjadi begitu cepat. Saat itu, ujarnya, sekitar pukul 14.45 WIB.
“Tidak sampai 5 menit peristiwa itu terjadi,” tukasnya.
Ia yang tergopoh-gopoh keluar rumah bersama para tetangga lainnya tidak bisa berbuat apa-apa. Cuma bisa ikut panik.
Saat itu ia melihat tubuh Sasa tidak lagi bergerak berada tak jauh dari tubuh anjing. Ia melihat ada luka sobek lebar, bekas gigitan anjing di leher bocah yang masih usia 2 SD itu.
Wajah bocah tersebut juga telah terlihat penuh cakaran.
“Kami tak ada yang berani mendekat. Hanya bisa melihat sambil menunggu ayahnya datang. Ngeri semua yang melihat kejadian itu,” jelas perempuan yang juga Sekretaris PKK RW 03 itu. Bocah kecil di Malang tewas digigit anjing.
Sesaat kemudian, ujarnya, ayah si bocah datang untuk menenangkan anjing itu.
Setelah peristiwa nahas itu, Titin masih tak habis pikir dengan perilaku Sapi yang menyerang tuannya.
Meski jarang dikeluarkan, selama ini, ia mengetahui anjing itu tidak pernah bersifat galak atau menyerang.
Ia sering melihat Sapi dimandikan oleh pemilik rumahnya, pasangan Wisnu dan Dyan.
Sapi terlihat jinak dan penurut. Bahkan sesekali terlihat bermain dengan Sasa.
“Sasa sering juga ngasih makanan, seperti roti atau biskuit,” ujarnya menyayangkan peristiwa itu. Titin pun merasa kehilangan Sasa yang selama ini terlihat riang dan aktif.
Hampir tiap pagi, ia melihat Sasa bermain sepeda bersama anak-anak seumurannya.