Nenek 71 Tahun Sudah 3 Tahun Buka Praktik Aborsi, Tarifnya Hingga Rp 2 Juta
Selama tiga tahun membuka praktik aborsi, Mbah Simpok sudah menangani 30 pasien dari berbagai kalangan dan usia.
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Pasien aborsi Mbah Simpok didominasi mahasiswi sejak buka praktik 3 tahun belakangan.
Penyidik Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Bandar Lampung telah menetapkan SM alias Mbah Simpok (71) sebagai tersangka dugaan pidana aborsi.
Nenek yang dikenal sebagai dukun bayi ini diamankan polisi di rumahnya yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Gang Sejahtera, Kemiling, Bandar Lampung, Jumat (4/5) lalu.
Sesuai pasal tersebut maka Mbah Simpok bakal terancam pidana penjara paling lama 10 tahun.
"Awalnya pelaku ini membuka praktik jasa urut dan penglaris. Namun, sekira tiga tahun terakhir ini menerima praktik aborsi," ungkapnya dalam ekspose di Mapolresta Bandar Lampung, Selasa (8/5).
Murbani mengatakan, selama tiga tahun membuka praktik aborsi, Mbah Simpok sudah menangani 30 pasien dari berbagai kalangan dan usia.
"Ya rata-rata pasiennya usia muda antara 17-25 tahun, (latar belakangnya) wanita biasa, karyawan, dan sebagian besar mahasiswa," terangnya.
Menurut Kapolresta, untuk mendapatkan pelayanan jasa aborsi, para pasien ditarik biaya bervariasi antara Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta tergantung umur atau usia kandungan.
Setelah janin hasil aborsi keluar, lalu Mbah Simpok menyerahkannya kepada pasien.
"Janin nggak ada yang dikuburkan oleh mbah tapi diserahkan kepada pasien. Pasien juga ada dari luar kota seperti Mesuji," paparnya.
Murbani menuturkan, penangkapan tersangka tersebut berdasarkan dari laporan masyarakat bahwa di wilayah Kemiling tepatnya di sebuah rumah di Jalan Imam Bonjol, Gang Sejahtera, sering dijadikan tempat aborsi.
Berdasarkan laporan tersebut, sambung Murbani, pada Jumat (4/5), petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Unit PPA) dan Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) Satreskrim Polresta Bandar Lampung melakukan penyelidikan dan penyamaran.
"Pada saat sedang menunggu, di saat bersamaan terdapat seorang wanita muda yang sedang dilakukan tindakan aborsi. Seketika petugas langsung melakukan penangkapan dan mengamankan barang-barang yang digunakan untuk melakukan tindakan aborsi," paparnya.
Barang-barang bukti yang berhasil diamankan yaitu tiga sarung, dua bilang keris (untuk ritual), sebilah besi, sebatang ranting pohon jarak, pil tablet menggugurkan kandungan, dan pakaian dalam pasien dengan bercak darah.
Mbah Simpok mengakui membuka praktik aborsi di rumahnya yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Gang Sejahtera, Kemiling.
Menurut Mbah Simpok, dirinya tidak pernah mempromosikan diri namun informasi bahwa dirinya bisa melakukan aborsi diketahui pasien dari berita mulut ke mulut.
Mbah Simpok mengatakan, biasanya para pasien yang datang ke rumahnya telah mengandung selama dua bulan.
"Ya usia janin rata-rata dua bulan. Untuk sekali proses (aborsi) biasanya satu orang hanya butuh lima menit, dan ada ritualnya pakai keris," ujarnya, Selasa (8/5).
Mbah Simpok pun membenarkan ada pasiennya yang berasal dari luar Kota Bandar Lampung.
"Ada pasien dari Mesuji dan basanya (mereka) tahu dari mulut ke mulut," katanya.
Setelah ditangkap polisi, Mbah Simpok mengaku sangat menyesal dengan perbuatannya tersebut.
Ia pun mengaku ingin bertaubat. "Ya taubat Pak, tidak mau mengulangi lagi," ucap Mbah Sempok.(eka)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Tiga Tahun Layani Mahasiswi dan Karyawati Aborsi, Nasib Wanita Ini Berakhir Menyedihkan