Bom di Surabaya
Anton yang Tewas Lantaran Bomnya Sendiri Dikenal Berprestasi Namun Berubah Sejak Menikah
Sayangnya, rumah tersebut telah puluhan tahun tak ditinggali dan terbengkalai.
Editor:
Hasanudin Aco
Setelah menikah, Anton dan istrinya sering berpindah-pindah rumah.
Awalnya Anton pindah rumah di RT 9 lalu RT 11 yang berada di depan gang, lalu tidak diketahui lagi keberadaannya.
"Anton sudah lama pindah kira-kira tahun 2006-2008. Ia juga tidak mengirimkan surat laporan kepindahan," ungkap Budi.
Warga lainnya Yuli Widiastutu menjelaskan Anton menjadi aktivis remaja masjid saat duduk di bangku perkuliahan.
"Anton itu terkenal aktivis remas (remaja masjid, red)," katanya.
Yuli melanjutkan, Anton memang sangat fanatik dan satu kali pernah bertemu dengannya saat berkunjung di rumah orangtuanya, Anton enggan berjabat tangan.
"Melihat saya juga hanya sebentar lalu berpaling,'' imbuh dia.
Kefanatikan Anton, menurut Yuli muncul setelah menikah dengan istrinya.
"Waktu menjadi aktivis remaja masjid Anton masih biasa saja. Namun setelah menikah ia berubah dan sulit ditemui," terang Yuli.
Yuli menambahkan, Anton termasuk anak yang cerdas, pintar, serta pendiam semenjak duduk di sekolah dasar.
Yuli menyebutkan, Anton pernah menimba ilmu di SD Negeri 115, SMPN 29, SMAN 11, dan ITS.
"Waktu SD Anton sering mendapat rangking pertama," paparnya.
Yuli menceritakan, Anton dan ketiga adiknya bernama Atin Dodik Yayuk memiliki watak yang sama yakni tidak mudah bersosialisasi dengan tetangga.
"Adiknya itu kalau ngomong sama tetangganya sering nyentak-nyentak. Mereka juga tertutup. Berbeda dengan Teguh adik ketiganya. Ia masih aktif dan sering datang ke sini, lebih terbuka juga, orangtuanya juga baik," jelas dia.
Warga yang rumahnya berjarak 100 meter dari kediaman Anton bernama Prawoto mengatakan, Anton tidak ada gelagat radikal meski jarang kumpul dengan tetangga.