Diduga karena Gagal Masuk SMA Impian, Remaja 16 Tahun Pilih Gantung Diri
Polisi langsung membawa jenazah korban ke RSUD Mardi Waluyo. Hasil visum luar tidak ditemukan tanda kekerasan dalam tubuh korban
Editor:
Eko Sutriyanto
"Saya tidak melihat tanda-tanda aneh pada diri EPA saat berangkat membelikan nasi untuknya. Saya memang agak lama membeli nasi karena banyak warung yang tutup," kata Mariani.
Mariani tidak tahu persis apa motif yang membuat anak asuhnya nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.
Tetapi, belakangan, EPA memang agak kecewa karena khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA negeri favorit di Kota Blitar.
Sebab, sistem penerimaan siswa baru SMA di Kota Blitar menggunakan sistem zonasi.
Sistem zonasi ini memang memprioritaskan anak yang berdomisili di Kota Blitar.
Sedangkan domisili EPA masih ikut orang tuanya di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
"Soal itu, orang tuanya sudah berusaha menenangkannya. Orang tuanya meminta EPA agar melanjutkan SMA di Srengat," ujar Mariani.
Kasubag Humas Polres Blitar Kota, Ipda Syamsul A mengatakan polisi sudah menerima laporan soal orang gantung diri.
Polisi sudah datang ke lokasi untuk olah tempat kejadian perkara (TKP).
Polisi langsung membawa jenazah korban ke RSUD Mardi Waluyo. Hasil visum luar tidak ditemukan tanda kekerasan dalam tubuh korban.
"Kalau untuk motif bunuh diri masih proses penyelidikan," katanya. (Sha)