Insiden Hari Pahlawan
Kepanikan Berujung Saling Dorong Diduga Penyebab Jatuhnya Korban Insiden 'Surabaya Membara'
Rudi mengatakan, kereta api lewat, sedangkan kondisi viaduk sempit. Diduga karena penonton panik, maka terjadilah kecelakaan itu.
Editor:
Dewi Agustina
Lokomotif kereta api melaju pelan melintas di samping kerumunan orang.
Viaduk didesain khusus sebagai jembatan rel perlintasan hanya menyisakan sedikit jarak dengan gerbong Kereta Api.
Hal itulah membuat banyaknya orang yang berada di tempat itu takut tersenggol gerbong kereta api sehingga memicu kepanikan yang berujung saling dorong.

Akibatnya, ketiganya sempat terjungkal di dekat rel perlintasan disaat Kereta Api melintas. Sehingga, tubuh mungil Erikawati terlepas dari pegangan ibunya.
Korban Erikawati sempat terseret gerbong kereta api.
"Saya dan ibunya jatuh, putri saya tergeser (terseret) kereta api," ungkapnya di kamar jenazah RSUD dr Soetomo, Sabtu (10/11/2018).
Sahluki mengatakan melihat istri dan anaknya terbaring di samping rel perlintasan Kereta Api.
Musibah itu membuat putrinya meninggal karena luka parah.
Sedangkan, istrinya Liana menderita patah kaki saat ini dirawat di Rumah Sakit PHC Surabaya.
"Saya tidak luka, istri terluka tapi selamat, putri saya meninggal," ungkapnya.
Jenazah putrinya akan disemayamkan di Parseh, Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan, Madura.
Baca: Pemprov Jatim Tanggung Semua Biaya Pengobatan dan Penguburan Korban Insiden Surabaya Membara
Pemprov memfasilitasi mobil ambulans untuk membawa jenazah ke rumah duka.
"Atas permintaan kakeknya jenazah dikebumikan di kampung halaman," kata dia.
Diduga Panik
Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan menjelaskan, kejadian itu bermula saat para korban memadati viaduk untuk menonton acara yang berada di depan kantor Gubernur di Tugu Pahlawan.
Kejadian terjadi sekitar pukul 19.45 WIB, melintas kereta api barang dari Sidoarjo, Stasiun Gubeng menuju ke Stasiun Pasar Turi.