Kisah Keluarga yang Merasa Terkena Kutukan, Setiap Tahun Satu per Satu Anaknya Meninggal
Semi (75) mengisahkan keluarga bapaknya yang anak-anaknya meninggal satu per satu, Merasa terkena kutukan lalu tinggal di hutan.
Editor:
Sugiyarto
Kini kami punya dua anak serta tujuh cucu,” ujar Semi.
Adanya keluarga yang tinggal di tengah hutan pinus selama bertahun-tahun itu dibenarkan oleh Jedot.
Jedot pernah menjadi petugas Puskesmas Kecamatan Paninggaran.
Dia yang bertugas dari tahun 1984 hingga 1987 bahkan sangat akrab kepada keluarga Semi.
“Sewaktu bertugas, dulu saya menemukan keluarga yang tinggal di tengah hutan.
Hingga kini mereka masih bertahan,” kata Jedot saat mengantar Tribunjateng.com ke kediaman keluarga Semi.
Menurutnya, ayah Semi bernama Dakup yang menderita kusta.
Beberapa jarinya sudah terputus karena penyakit tersebut.
“Waktu itu sekitar tahun 1984 saya datang ke rumah milik ayah Semi.
Dia selalu mengeluh akan penyakitnya.
Selain terkena kusta, ayah Semi juga menceritakan bahwa keluarganya terkena kutukan.
Maka dari itu ia menetap di tengah hutan,” tutur Jedot.
Setelah melakukan kunjungan pertama ke rumah keluarga Semi, Jedot rutin berkunjung karena prihatin melihat kondisi keluarga tersebut.
“Saya rutin berkunjung setelah melihat kondisi keluarga tersebut. Bahkan hingga Dakup meninggal saya masih berkunjung.
Kini kondisinya sudah lumayan baik karena air dan listrik sudah masuk walau lokasi tempat tinggalnya berada di tengah hutan.
Kini ada delapan rumah ABG dibangun di sekitar rumah Semi,” tambahnya.

(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Merasa Terkena Kutukan, Satu Keluarga di Kabupaten Pekalongan Putuskan Tinggal di Tengah Hutan