Rusuh di Papua
Kata Lukas Enembe: 74 Tahun Merdeka, Orang Papua Masih juga Belum di-Indonesiakan secara Baik
Lukas menyampaikan berbagai hal tentang Papua itu saat hadir sebagai narasumber dalam program MataNajwa, Rabu (21/8/2019) malam
Penulis:
Daryono
Editor:
Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Papua Lukas Enembe angkat bicara terkait kondisi daerahnya pascakerusuhan di Papua Barat selama dua hari.
Diketahui, kerusuhan di sejumlah tempat di Papua terjadi, yakni di Manokwari Senin (21/9/8/2019) dan Fakfak, Rabu (21/8/2019).
Hal ini dipicu adanya penangkapan terhadap 43 mahasiswa Papua di Surabaya, dengan tudingan merusak bendera Indonesia, Sabtu (17/8/2019).

Lukas menyampaikan berbagai hal tentang Papua itu saat hadir sebagai narasumber dalam program MataNajwa, Rabu (21/8/2019) malam.
Lukas berbicara banyak hal mulai dari pelaku ujaran rasis ke mahasiswa Papua hingga pembangunan Trans-Papua.
Berikut rangkumannya, Kamis (22/8/2019):
1. Minta Aparat Pelaku Rasis Dihukum
Lukas meminta aparat yang melontarkan ujaran rasis terhadap mahasiswa Papua ditangkap.
Menurutnya, kasus rasisme terhadap warga Papua sudah berlangsung lama dan berulang. ini menyangkut harkat dan martabat orang Papua.
"Karena itu bukan sekali mereka sampaikan. Sudah banyak kali di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Ya pasti mereka tidak terima. Selama orang Papua dihinakan, direndahkan martabatnya, itu pasti mereka ribut," kata Lukas.
Lebih lanjut, Lukas menyatakan saat ini sudah berkomunikasi dengan mahasiswa Papua di Surabaya yang pada akhir pekan lalu mendapatkan persekusi dan ujaran rasis.
Para mahasiswa itu, kata Lukas, sudah memberikan laporan kepadanya.

Lukas menegaskan, mahasiswa Papua di Surabaya tidak ada yang menurunkan bendera Merah Putih.
"Bendera Merah Putih itu diturunkan oleh orang lain. Saya tidak tahu aktor intelektualnya siapa," kata dia.
Lukas kemudian menyoroti oknum aparat keamanan yang ikut melontarkan maki-makian kepada para mahasiswa.