Jumat, 15 Agustus 2025

Rusuh di Papua

Kata Jubir OPM: Kerusuhan Wamena Ada Unsur Sengaja, Orang Papua Tak Benci Pendatang

“Orang Papua tidak membenci pendatang atau bahasa ilmiahnya migran,” ujar Juru Bicara OPM Sebby Sambom

HANDOUT
Pembersihan puing kerusuhan di Pasar Wouma, Wamena, oleh personel TNI dari Kodim 1702/Jayawijaya bersama polisi dan masyarakat, Jumat (4/10/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA  - Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengklaim tak membenci pendatang di di Tanah Papua.

Dengan demikian, kerusuhan yang terjadi di Wamena, September silam, bukan ulah dari OPM.

Mahfud MD Persilakan PA 212 Gelar Reuni 2 Desember Mendatang

“Orang Papua tidak membenci pendatang atau bahasa ilmiahnya migran,” ujar Juru Bicara OPM Sebby Sambom melalui pesan elektroniknya Selasa (5/11/2019) dari Papua Nugini.

Menurut Sebby Sambom, Negara adalah kumpulan dari suku bangsa.

”Sebab, bangsa adalah kumpulan dari sejumlah etnis dan suku. Contoh, di Indonesia, Amerika, Singapura dan semua negara di dunia membentuk sebuah bangsa yang di dalamnya ada berbagai ras,” ucapnya.

Indonesia, kata Sebby Sambom, juga terdiri dari berbagai ras, itulah cerminan sebuah bangsa.

“Di Indonesia sendiri ada ras Melayu, Cina, Arab dan lain sebagainya. Dan juga orang Papua sadar mengetahui bahwa musuh utama mereka adalah sistem kolonialisme dan kapitalisme, bukan manusia,” kata Sebby Sambom.

Bahkan, Sebby Sambom mengatakan, orang Papua sudah cukup lama hidup berdampingan dengan kaum pendatang di tanahnya sendiri, dan tidak pernah terjadi pertentangan. 

”Sudah cukup lama hidup berdampingan dengan kaum migran, dan tidak pernah konflik Sara di Papua,” ungkapnya.

Terjadinya konflik di Papua akhir-akhir ini adalah, akibat adanya keinginan dari pihak tertentu, yang tidak ingin Papua dan kaum pendatang bersatu.

“Namun ada pihak tertentu tidak ingin kita bersatu. Pihak yang tidak ingin kita bersatu itu harus dilawan. Siapa itu pihak yang tidak ingin kedamaian, mereka adalah para pemimpin yang berwatak kapitalis dan kolonialis yang otoriter yaitu TNI/Polri dan Para Menteri yang merupakan Pensiunan TNI/Polri itu sendiri,” tudingnya.

Akibat ulah dan tindakan brutal yang anti demokrasi dan anti HAM oleh pemimpin berwatak kapitalis dan otoriter ini, maka rakyat civil telah dan sedang menjadi korban. 

“Dan Perlu ketahui bahwa perjuangan bangsa Papua adalah untuk Hak Politik Penentuan Nasib Sendiri, bukan untuk kesejahteraan atau pemekaran kabupaten, atau provinsi atau penbangunan infrastructure Jalan Trans Papua dan lain-lain. Itu sudah sangat jelas, tapi yang ciptakan konflik di Papua adalah Militer dan Polisi Indonesia itu sendiri,” ujarnya.

Konflik diciptakan untuk mengesampingkan adanya tuntutan kemerdakaan oleh orang Papua. 

“Dengan tujuan hilangkan isu tuntutan Bangsa Papua untuk merdeka sendiri, dan ini adalah setingan Jakrta guna kriminalisasi Perjuangan murni Bangsa Papua. Dan orang non Papua yang tinggal di Papua ketahui benar bahwa orang-orang Asli Papua sangat baik dengan orang non Papua, tapi yang ciptakan konflik adalah TNI/POLRI sendiri,” kata Sebby.

Jubir Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambom
Jubir Organisasi Papua Merdeka (OPM) Sebby Sambom (Istimewa)

Oleh karena itu, sekali lagi kata Sebby, bahwa yang ciptakan konflik di Papua adalah Militer dan Polisi Indonesia itu sendiri. 

“Dan mereka ini tidak jauh beda dengan Teroris, karena mereka telah dan sedang lakukan teror. Fakta dan bukti sudah menunjukan bahwa aktor utama konflik di Wamena pada Tanggal 23 September 2019 adalah anggota intelijen militer dan Polisi Indonesia," katanya.

"Untuk menghasilkan konflik supaya militer Indonesia dengan bebas mengirim lebih banyak pasukan militer dan polisi Indonesia di Wamena, dan juga bertujuan membangun Mako Brimob di Wamena," ucap Sebby Sambom.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal dan Kapendam 17 Cenderawasih Kolonel CPL Eko Daryanto saat dikonfirmasi terkait pernyataan OPMini, belum memberikan keterangan.

Sementara dari keterangan perwira Polisi yang melakukan penyelidikan terkait rusuh Wamena, namun namanya enggan disebut menyatakan, bahwa dalang kerusuhan Wamena adalah Komite Nasional Papua Barat (KNPB), yang selama ini ditengarai sebagai organisasi sayap OPM.

KNPB sebagai aktor dan pelaku dilapangan adalah mahasiswa dan pelajar.

Rusuh diciptakan dengan memanfaatkan situasi penjual bensin eceran.

Di mana, bensin eceran dirampas lalu digunakan untuk melakukan pembakaran.

Saat ini pentolan KNPB sduah ditahan di Kalimantan Timur antara lain Buctar Tabuni, Fery Kombo, Alexsande Gobai, Steven Itlay, Hengki Hilapok, dan Irwanus Uropmabin.

Disebut Bakal Jadi Dewan Pengawas KPK, Ahok: Hoaks Itu

Menurut Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw, penahanan pentolan KNPB dipindahkan ke Kaltim, selama menjalani proses persidangan.

“Ini dilakukan selama proses persidangan. Jika sudah ada putusan pengadilan mungkin akan ditahan di Lapas di Papua,” ujar Kapolda. (Kontributor Tribunnews.com, Banjir Ambarita)

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan